Selasa, 21 September 2021

Belajar Seperti Nonton Film



Di sela-sela kesibukan "nugas" modul LMS Program Guru Penggerak, tetiba tersirat ide menulis artikel ini. Isinya tak jauh dari dunia pembelajaran beserta trik-trik menarik yang semoga punya manfaat tak sedikit. Mengapa saya mengubungkan belajar dengan menonton film (di bioskop)? Penasaran? Let's check it out!

Sebagai seorang sufi (suka film), saya sering menonton film di bioskop. Saat masih kuliah, kegiatan ini sering saya lakukan bersama teman-teman kuliah di waktu senggang atau liburan. Setelah menikah pun, saya dan suami sering menyempatkan waktu pergi berdua menonton film kesukaan di bioskop sekitar kota Bandung. Kebetulan hobi kami sama, genre film favorit kami juga sama, action. Apalagi kalau poster film Die Hard, Mission Impossible, atau James Bond sudah beredar, kami tak akan melewatkannya.

Tentunya, di sini saya tidak akan membahas tentang film lebih jauh lagi. Yang akan saya coba gambarkan adalah proses pembelajaran yang diibaratkan dengan menonton film. How come? Ya, bisanya saya saja itu mah, hehe... Mari kita lihat rangkaian tahapannya.

Tahap pertama, melihat poster film. Sebuah poster yang keren akan mampu menarik perhatian penonton. Di tahap ini, ide saya pun muncul. Kenapa tidak membuat poster tentang materi yang akan dibahas layaknya poster film? Lalu saya mencoba membuatnya. Hasilnya seperti yang Anda lihat di atas. Untuk membuat poster, banyak aplikasi yang tersedia. Salah satunya Canva. Canva merupakan sebuah aplikasi membuat desain yang sangat mudah dilakukan. Banyak orang menyebutnya dengan aplikasi sejuta umat. Mungkin karena saking banyaknya pengguna aplikasi ini. 

Tahap kedua, setelah membeli tiket, penonton masuk ke ruang utama (teater) dan bersiap menyimak cerita filmnya. Dalam pembelajaran, penonton adalah siswa. Setelah siswa berada di dalam kelas, mereka siap menyimak materi yang diberikan oleh guru. Pada tahap ini, siswa masih belum fokus atau menyiapkan diri 100 persen pada pembelajaran yang akan diberikan. Sama halnya dengan penonton film yang masih sibuk mengobrol dengan teman atau pasangannya sambil menikmati camilan yang sudah dibeli sebelumnya.

Tahap ketiga, sebelum film dimulai, biasanya akan ditayangkan beberapa iklan produk tertentu. Tujuan dari penyajian iklan tersebut untuk mempengaruhi penonton agar tertarik atau tergoda membeli produk yang diiklankan. Apalagi jika iklannya sangat menarik, eye-catching, baru, dan tak seperti biasanya.  Gambaran iklan di layar bioskop dapat diibaratkan dengan tahap apersepsi. Apersepsi yang menarik akan sangat berpengaruh pada konsentrasi siswa dan kesiapan mereka dalam menerima materi. Apersepsi bisa berbentuk apa saja, seperti menebak gambar, teka-teki, bernyanyi, atau yang lainnya. Usahakan agar apersepsi bisa membuat siswa tertawa. Tentunya, keberhasilan apersepsi juga harus diimbangi dengan teknik yang tak kalah menariknya pada kegiatan inti pembelajaran.

Tahap keempat adalah tahap inti dari menonton film. Di momen ini, penonton akan menikmati sajian cerita yang bisa saja menarik atau sebaliknya. Jika film yang disajikan mempunyai cerita yang dapat menghipnotis semua penonton, tentu saja film tersebut bisa dikatakan berhasil merebut hati mereka. Ceritanya akan membuat penasaran sehingga penonton terus mengikuti alurnya hingga akhir. Tetapi, apabila filmnya terkesan biasa-biasa saja, akan membuat penonton bosan dan bukan tidak mungkin satu-persatu akan keluar dari ruangan teater. 

Pada tahap ini, kondisinya akan sama dengan sebuah pembelajaran di kelas. Seorang guru yang kreatif akan mampu mengemas strategi pembelajaran yang menarik, disukai dan diikuti oleh semua siswa. Tak ada rasa jenuh ataupun bosan ketika mereka berada di kelas. 2 jam pelajaran akan terasa singkat bahkan kurang. Siswa semakin ingin tahu, aktivitas apa lagi yang akan diberikan oleh gurunya. Sama halnya dengan menonton film, siswa sangat menikmati alur yang disajikan. Kegiatan yang dilakukan bisa berupa diskusi, presentasi, tanya jawab, dan sebagainya. Prinsipnya, harus student-centered, bukan teacher-centered.

Sebaliknya, jika pembelajaran kurang terencana dan disajikan apa adanya, maka dampaknya pun akan kurang bagus bagi siswa. Tak heran jika di dalam kelas ada siswa yang tertidur atau ada juga yang sengaja keluar kelas dengan alasan buang hajat ke toilet, lalu yang lain pun mengikuti dan tak kembali hingga kelas berakhir, menyedihkan bukan?

Setelah film selesai, para penonton keluar ruangan. Di luar, pastinya banyak dari mereka yang membincangkan cerita filmnya. Isinya bisa ungkapan kepuasan atau sebaliknya, kekecewaan. Kalimat yang keluar bisa seperti, "Filmnya rame banget, aku suka alur ceritanya.." Kemudian temannya menimpali, "Iya, betul. Pemerannya sangat menjiwai. Tadi aku sampe nangis lo.. Coba kalau si Jack tidak jadi mati." Dan masih banyak lagi isi percakapan membahas film yang sudah ditontonnya. Hal ini menunjukkan bahwa mereka sangat fokus menyimak dan menikmati ceritanya. Gambaran yang sama akan berlaku pada pembelajaran yang menarik dan menyenangkan. Ada cerita yang dibawa oleh siswa saat pembelajaran telah usai. Cerita tentang pengalaman belajar yang berkesan dan tak kan terlupakan sampai akhir hayatnya.

Berbeda halnya dengan ungkapan kekecewaan yang keluar dari penonton. Siswa juga sama, apabila pembelajarannya dianggap membosankan pasti akan berkata, "Apaan, bosen belajarnya gitu-gitu terus. Bikin ngantuk, jenuh, ga ngerti lagi." Apakah kita akan seperti itu? Jawabannya ada dalam benak Anda para pendidik hebat di negeri ini. Saya yakin, kita sebagai guru selalu ingin memberikan yang terbaik bagi siswa. Untuk itu, kita harus terus belajar mendesain pembelajaran yang menyenangkan. Apalagi sekarang zamannya merdeka belajar. Guru bebas berkreasi dan berinovasi dalam merancang sebuah pembelajaran yang menarik dan dapat diterima oleh siswa. Mari berproses dan mengekplorasi hal-hal baru untuk siswa. Buat mereka menjadi siswa yang berkarakter, berprofil Pancasila: Bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, Berakhlak mulia, Kreatif, Mandiri, Gotong Royong, Berkebinekaan Global, dan Bernalar Kritis.


Subang, 21 September 2021

Salam Guru Penggerak!
Semangat Bergerak dan Semangat Menggerakkan!


Guru "Smart", Guru Pemberdaya

  "Pendidikan akan menghasilkan tiga guna yang luar biasa yang dinamakan Tri Rahayu : Hamemayu Hayuning Sarirom, Hamemayu Hayuning Bong...