Rabu, 30 Juni 2021

Pentigraf "Misteri di Sumber Asih"


Dengan jaket tebal membalut tubuh, aku berangkat ke dokter Bram bersama suami. Demam yang tak berkesudahan semakin membuatku khawatir, apalagi di era korona seperti sekarang ini. Sore itu, klinik "Sumber Asih" milik dokter Bram masih buka. Saat masuk ke ruang tunggu, aku lihat 6 orang pasien wanita sedang  duduk menunggu antrian. Tak lama, 2 orang dari mereka menyuruh kami masuk ke ruang periksa. Mungkin mereka sedang menunggu obat dari petugas yang biasa melayani, tepat di depan ruang tunggu. Kami pun beranjak melewati lorong gelap sebelum sampai ke ruang praktek dokter.

Seperempat jam kemudian, proses berobat pun selesai. Saat kami sampai ke ruang tunggu, kami lihat tak ada seorang pun pasien di sana. Wah, cepat sekali antri obatnya, biasanya tak seperti ini.  

Tak mau pusing lebih lama, saya lalu menyerahkan resep kepada petugas obat sambil bertanya, "Bu, pasien yang 6 orang tadi sudah pulang semua?" Saya lihat wajah petugas itu mengerut, terkejut, tapi kemudian tersenyum aneh. Dengan tenang ia mengatakan bahwa di ruang tunggu tidak ada pasien satupun selain saya dan suami. Alamak..terus yang tadi mempersilakan kami masuk itu siapa? Antara percaya dan tidak, saya dan suami masih memikirkan kejadian tadi. Sembari menunggu obat, suami saya keluar dari klinik, tak kuat ingin menyalakan Magnum filter favoritnya. Sayup terdengar suara azan magrib berkumandang, mengiringi hawa dingin yang tiba-tiba melesak ke dalam tubuh. Saat saya sendiri di ruang tunggu, sekilas saya melihat dokter Bram sedang bermain golf di taman rumah yang sengaja dibuat lapang golf mini di samping kliniknya. Namun, aku semakin nanap saat sadar apa yang kulihat kemudian, dokter Bram tidak memukul bola golf, melainkan sebutir  kelapa yang bermata dua... 


Senin, 28 Juni 2021

Pentigraf "Persembunyian Yang Kejam"



Malam semakin mencekam. Mak Amih terus berlari menyeret Suli mencari tempat perlindungan. Gelap dan dinginnya malam tak dihiraukannya. Yang terpenting hanyalah aman dari kejaran suaminya yang sedang dikuasai setan miras dan kalap ingin membinasakan mereka berdua. Sebuah rumah kosong yang sudah amburadul menjadi pilihan untuk bersembunyi. Keringat yang harusnya hangat karena berlari berganti dingin peluh bersimbah rasa takut ketahuan lelaki yang telah puluhan tahun bersamanya. Di salah satu pojok tembok, mereka meringkuk berpelukan kuat menunggu waktu yang entah sampai kapan. 

Sesaat kemudian, Mak Amih dikejutkan oleh ucapan anaknya, "Mah, aya kunti..." Mak Amih langsung membekap mulut anaknya, meskipun ia tahu maksud Suli, anak berumur 5 tahun yang tanpa dosa pasti bisa melihat sosok astral apapun. Namun, saat ini yang paling ia takuti adalah suaminya yang bisa kapan saja menemukan mereka.

Suli makin ketakutan. Sosok itu terus saja mengganggunya, tak mau mengerti apa yang sedang ia dan ibunya alami. Hampir saja Suli berteriak, ketika terdengar suara lelaki yang sangat dikenalnya. "Awas siah, rek nyumput di mana wae ge pasti katewak!" Seketika Suli urung bersuara dan kembali mendekap ibunya erat-erat. Pandangan Mak Amih lalu tertuju pada sebilah kayu cukup besar, bekas kusen jendela yang telah lama terbengkalai. Pikirnya, kayu itu bisa membebaskan dirinya dan Suli dari ketakutan yang sekarang menerpa. Keberanian pun muncul tiba-tiba, Mak Amih mengajak Suli keluar dari  persembunyian, siap mengayunkan kayu yang dipegangnya. Tapi, sebelum ia menggunakannya, sebilah pisau telah lebih dulu menghujam punggungnya. Mak Amih terkulai lemah bersimbah darah. 

Jumat, 18 Juni 2021

Menulislah, Walau di Kala Sakit

 









Bismillaahirrahmaanirrahiim... 

Seiring dengan berkumandangnya azan isya, kembali kami bercengkerama dengan kegiatan belajar menulis asuhan Omjay dkk. Meskipun sudah sampai pada pertemuan ke-28, semangat kami untuk terus belajar menulis masih membara. Apalagi mendekati pertemuan terakhir hari Senin nanti. 

Pada pertemuan kali ini, yang bertugas sebagai moderator adalah ibu guru muda nan cantik sarat prestasi, Bu Ditta Widya Utami. Sementara, narasumber yang akan menyampaikan materi bertema "Menulis di kala Sakit" adalah Pak Suharto, S. Ag, M. Pd atau lebih akrab dipanggil Cang Ato. 

Malam ini, Cang Ato akan berbagi kisah dan pengalamannya menulis di kala sakit. Omjay sebagai sahabat karib beliau sangat mengetahui kondisi dan sakit yang dideritanya. Cang Ato akan memberi kami motivasi, inspirasi, dan pencerahan menulis dalam keterbatasan. 

Tepat pukul 19.03, Bu Ditta membuka kegiatan dengan memberi salam dan mengajak peserta berdoa terlebih dahulu. Seperti biasa,  pengenalan narasumber menjadi kegiatan awal kami. Di dalam CV narasumber disebutkan, Cang Ato atau Pak Suharto, S. Pd, M. Pd lahir di Jakarta. Beliau adalah orang Betawi asli. 

Pendidikan terakhir yang ditempuh Cang Ato adalah S1 di IAIN Jakarta dan S2 UNISMA Bekasi. Sekarang ini, beliau bertugas di MTsN 5 Jakarta dan Kementerian Agama DKI Jakarta. Karya tulis yang sudah beliau hasilkan berupa 5 buku tunggal dan 2 buku antologi. 

Tak berapa lama, Cang Ato pun mulai berbicara lewat voice note.  Ucapan terima kasih beliau tujukan pada Omjay yang telah memberi kesempatan menjadi narasumber kali ini. Begitu juga pada moderator yang memandu pelatihan ini. Semoga semuanya sehat selalu, aamiin... 

Cang Ato sengaja menyampaikan materi lewat audio atau voice note dan tulisan. Suara yang diperdengarkan menggambarkan kondisi beliau saat ini. Selama 3 tahun beliau sakit, 3 bulan suaranya pernah hilang, dan sisanya seperti yang kami dengar malam ini, tak begitu jelas seperti suara kami, subhanalloh... 

Selanjutnya, Cang Ato bercerita tentang awal mula menulis. Dari hasratnya yang besar terhadap menulis, Cang Ato berusaha untuk bisa menulis dengan membeli buku-buku tentang menulis, mengikuti acara jurnalis, dan bahkan pernah diundang untuk menulis. Namun, hasil tulisannya dianggap masih kaku, karena terkesan hanya memindahkan dari buku cetak saja. 

Tapi Cang Ato tidak putus asa. Ketika literasi sedang digalakkan di lingkungan sekolah, beliau mencoba masuk dan mendalaminya. Dari keikutsertaannya dalam program literasi, Cang Ato menjadi tertarik untuk menulis. Beliau lalu mencari wadah pelatihan menulis, yang kebetulan ketemu di facebook, yaitu pelatihan menulis di wisma UNJ, di mana beliau bertemu dengan Pak Naimin, Omjay, Pak Dedi, dll, untuk pertama kalinya. 

Dari pertemuan itu pula, Cang Ato menjadi tahu cara menulis. Serta mengenal kalimat sakti Omjay yaitu, "tulislah apa yang ada di sekitarmu. Tulis yang sederhana dulu. Tulislah yang kamu kuasai. Serta tulislah apa yang kamu alami dan rasakan." Satu lagi, "menulislah tiap hari dan buktikan apa yang terjadi."

Kemudian, Cang Ato bergabung dengan Media Guru dan berhasil membuat buku berjudul "Menunggu Azan", buku cerita tentang perjalanan menuntut ilmu. 

Karya tulisan yang beliau hasilkan tentunya sangat membuatnya bahagia. Ada kebanggaan tersendiri ketika buku pertamanya terbit dan dibaca orang lain. Tak sedikit dari teman-teman beliau yang akhirnya ingin memiliki bukunya. 

Namun, kebahagiaannya tersebut terenggut. Ujian hidup datang berupa sakit lumpuh total, seluruh anggota tubuh beliau tak dapat digerakkan. Bahkan untuk bernafas pun tak bisa. Yang tersisa hanyalah mata, telinga, dan memorinya. 

Kehidupan beliau lalu berpindah ke rumah sakit. Selama 1.5 bulan berada di ruang ICU, 3 bulan di ruang HCU,  dan 2 minggu di ruang inap biasa. 

Saat pulang, badannya masih lumpuh. Kondisi ini berlangsung hingga 1 tahun lamanya. Setelah itu, tangan beliau bisa digerakkan, namun jari masih kaku. Selama 1.5 tahun beliau berbaring dan tak bisa menikmati dunia luar. Dengan bantuan istri, beliau akhirnya bisa menulis di hape menggunakan jari tengahnya. 

Dari sakitnya, beliau mengambil hikmahnya. Dengan bersabar, pasti ada sesuatu yang Tuhan maksud. Syukuri saja apa yang terjadi. 

Langkah selanjutnya, beliau menulis di facebook tentang kondisinya. Kemudian, tulisannya berganti tentang motivasi hidup yang dapat memberi manfaat bagi pembacanya. 

Respon positif dari rekan-rekannya banyak berdatangan. Hal itu membuat Cang Ato semakin termotivasi untuk menulis. Tak bisa tidur sebelum ketemu ide menulis. Beliau biasa menulis setelah salat subuh hingga jam 7 pagi. 

Awalnya, Cang Ato menulis sambil rebahan di kasur. Lalu, setelah beliau dapat duduk di kursi roda, beliau pun menulis di sana. Beliau menulis di mana saja. Bisa di atas kasur, di luar rumah sambil berjemur, atau di tempat lainnya. Suasana lalu lintas pun bisa menjadi inspirasi menulisnya saat sedang di perjalanan. Bahkan sedang terapi sekalipun. Luar biasa sekali semangatnya Cang Ato, 10 jempol buat Anda... 

Kalimat sakti dari Omjay, menulislah tiap hari dan buktikan apa yang terjadi, telah memotivasi Cang Ato hingga beliau ingin mengajak teman-teman untuk keluar dari zona nyaman. 

Berkat perjuangannya, Cang Ato akhirnya berhasil mengajak teman dan siswanya menulis, bahkan sudah menghasilkan buku, baik rejan guru maupun siswanya. Padahal, sebelumnya banyak yang meragukan kemampuannya. 

Setelah itu lahirlah beberapa buku hasil karyanya, yang tak terbayangkan sebelumnya. Sebuah kemustahilan yang menjadi nyata. Semua itu terjadi atas izin Allah dan usaha untuk selalu belajar dan belajar. Kelelahan sudahlah pasti dirasakan oleh Cang Ato, apalagi dalam keterbatasan kondisinya. Membaca buku selau dilakukannya untuk memperkaya tulisan beliau. Hal itu tak lepas dari bantuan istri, anak, dan asisten rumah tangganya.

Dalam tahapan menulis, Cang Ato awalnya menulis di blog dan facebook, lalu dipindahkan ke laptop. Cang Ato mengelompokkannya sesuai tema yang diinginkan. Kemudian beliau mengedit tulisan hingga menjadi sebuah buku. Untuk memepertajam tulisan, beliau berguru pada Pak Akbar Zaenudin yang sudah tak asing lagi di mata para penulis handal.

Karya menulis yang sudah diraih Cang Ato bisa kita lihat di bawah ini:











Jika kita yakin akan kasih sayang Allah yang tak terhingga, sesuai dengan namanya dalam Asmaul Husna, Arrahmaan dan Arrahiim, maka kedua sifat itu akan terasa tatkala kita mendapatkan banyak kejutan bahagia yang tak disangka-sangka. Demikian pula dengan yang dialami Cang Ato. eliau mendapat banyak sanjungan dari teman gurunya yang menjuluki beliau dengan sebutan "Bapak Guru Inspiratif". Sanjunag dari para youtuber juga didapatkannya. Mereka mendatangi rumah beliau dan memberi julukan pada beliau sebagai guru motivator yang inspiratif.















Berikut adalah video Cang Ato dalam channel youtube beliau:







Pengalaman Cang Ato berikutnya adalah menjadi narasumber. Tawaran pertama datang dari sahabatnya untuk mengisi acara motivasi di grup guru. Tapi tawaran itu ditolaknya dengan alasan beliau masih terbatas dalam bicara. Permintaan kedua dari Omjay. Cang Ato diminta menjadi narasumber untuk kegiatan pelatihan menulis gelombang 17. Tak disangka oleh beliau, Omjay memanggilnya kembali untuk menjadi narasumber di gelombang 18 ini. 

Dalam sesi tanya jawab, ada satu pertanyaan yang saya anggap utama tentang apa yang membuat Cang Ato memutuskan untuk menulis di saat sakit. Sebagai jawabannya, Cang Ato memberikan nasehatnya terlebih dahulu, "jangan takut untuk menulis. Jangan suka membandingkan tulisan kita dengan tulisan orang lain. Kita adalah kita, yang akan menemukan genre kita sendiri. 

Alasan beliau menulis di kala sakit ada 4:
  1. Tertarik dengan Buya Hamka yang sangat religius dan pintar menulis
  2. Sebagai motivator yang bisa dibanggakan di depan teman dan murid
  3. Ingin mewariskan kepada anak cucu, murid, dan orang banyak
  4. Untuk kepentingan naik pangkat
Sungguh malam ini kami sangat tergugah dan terinspirasi oleh pengalaman dan perjalanan Cang Ato dalam menulis selama sakit. Betapa besar semangat yang beliau miliki. Walau dalam kondisi sakit yang saya anggap berat, beliau masih bisa menulis dan menghasilkan karya buku yang banyak. Bagaimana dengan kami yang sehat tapi masih sedikit menghasilkan karya? Tentunya, semangat beliau harus saya tiru. Sakit bukanlah halangan untuk terus menulis. Kesabaran akan membuahkan hasil yang tak disangka-sangka sebelumnya. Semoga kami dapat meniru semangat Cang Ato. Sehat selalu Cang, bahagia bersama keluarga, di dunia dan akherat, aamiin...


Salam guru blogger Indonesia...


Tanggal Kegiatan: 18 Juni 2021
Resume ke: 28
Tema: Menulis di Kala Sakit
Narasumber: Suharto, S.Pd, M.Pd
Gelombang: 18




 



Rabu, 16 Juni 2021

Memberdayakan Blog Sebagai Sarana Mengajar dan Belajar

 









Bismillaahirrahmaanirrahiim...

Tak terasa, Pelatihan Belajar Menulis sudah memasuki pertemuan yang ke-27. Pada malam ini, yang bertugas sebagai moderator adalah Bu Aam Nurhasanah. Sementara, materi akan disampaikan oleh narasumber hebat, Ibu Mayor Nani Kusmiyati, S.Pd, M.M, CTMP. Tema malam ini adalah "Blog Adalah Sarana Mengajar dan Belajar".

Acara dibuka oleh moderator pada pukul 19.02. Sesaat kemudian, Bu Aam mengenalkan CV narasumber. Terlahir dengan nama Nani Kusmiyati di Kediri, 12 September 1966. Beliau adalah lulusan S1 Bahasa Inggris Universitas Islam Assyafiiyyah (UIA) Pondok Gede. Lulus S2 MSDM di UPN Veteran, Jakarta. Berpangkat Mayor TNI AL.

Pengalaman tugasnya dimulai di Dinas Personel TNI (Disminpersal) selama 5 tahun. Selanjutnya di Pusdiklat Bahasa selama 8 tahun, lalu di Dinas Pendidikan TNI AL selama 20 tahun. Saat ini, beliau bertugas di Lemhanas, Jabatan Kasubbag Kerma Multilater Luar Negeri. Pernah juga bekerja sebagai pramugari haji di Garuda Indonesia pada tahun 1997, home base di Makassar.

Tugas di luar negeri sudah beliau alami. Begitupun dengan kunjungan dan latihan bersama dan pertukaran perwira, seperti Cobra Gold di Thailand, Ausindo di Darwin, Australia, COREL di Kamboja, Junior Officer Exchange di Singapur dan Malysia.

Ibu Mayor Nani mulai belajar menulis pada tahun 2020 dengan Omjay dan guru-guru di bawah naungan PGRI. Alasan beliau sangat menyukai literasi karena selain dapat mengekspresikan ide, juga mendapat teman dan keluarga yang baru. Selain belajar dari Omjay, beliau juga belajar pada The Writers asuhan  Pak Budiman Hakim (Om Bud) dan Kang Asep Herna.

Menulis buku Solo pertama setelah beliau mengikuti lomba menulis blog  di bulan Februari 2021. Alhamdulillah, dalam hal ini saya punya kesamaan, hehe...

Dari CV yang saya lihat, ada sekitar 30 hasil tulisannya yang menjadi buku, kebanyakan buku antologi. Buku solo keduanya masih dalam proses. Motto beliau adalah "Belajar Sepanjang Hayat". Setuju sekali Bu Mayor!

Tibalah saatnya kami menyimak materi beliau. Dalam penyampaiannya, Bu Mayor Nani menyatakan bahwa yang membedakan guru di instansi mana saja adalah siswanya. Siswa TK dan SD pasti anak-anak. Siswa SMP dan SMA pasti remaja. Bu Mayor Nani mengajar personel militer dan PNS di lingkungan TNI AL. 

Lebih lanjut, Bu Mayor menceritakan tentang peserta didiknya yang kebanyakan sudah menikah namun masih semangat dalam belajar. Siswa beliau cenderung heterogen dalam usia, background pendidikan, pangkat, dan jabatan. Ada juga yang heterogen dalam kemampuan berbahasa Inggris. Tentunya hal-hal tersebut memberikan tantangan pada beliau untuk dapat menciptakan suasana yang dapat diterima oleh siswanya. 

Dengan mengikuti kelas menulis bersama Omjay dkk, banyak manfaat yang beliau peroleh. Pada saat itu, beliau berada di gelombang 8, bersama Bu Aam yang sukses sebagai penulis dan moderator.

Bagi Bu Mayor, blog adalah salah satu media untuk menyimpan materi ajar yang kemudian dishare ke grup WA. Lalu, beliau meminta siswanya untuk mengerjakan tugas di blog masing-masing dan kemudian membagi tautan blognya di grup WA. Dengan demikian, rekan-rekannya akan dapat melihat dan memberi komentar di blog mereka.

Sebagai penulis, blog menjadi sarana belajar Bu Mayor agar dapat menghasilkan buku. Saat ini beliau sudah menghasilkan 30 buku antologi dan 1 buku solo berjudul "Februari Bermakna (Aksara Berkisah Dalam Lomba Blog Jadi Buku)". Berikut adalah penampakan bukunya:










Buku solo kedua yang sedang proses berjudul "Jejak Warna Penyatu Rasa".








Lebih lanjut, Bu Mayor Nani menyatakan bahwasanya blog adalah sarana menyebarkan hal-hal yang bersifat edukasi. Dari pengalaman hidup dapat menjadi edukasi untuk pembacanya. Agar konsisten menulis, kita harus memotivasi diri dengan cara membuat target menulis setiap hari, bergabung dengan komunitas menulis, dan membuat target penerbitan buku.

Untuk target menulis setiap hari, menurut beliau, harus ada motivasi dari diri sendiri. Contoh nyatanya adalah Omjay yang selalu menulis setiap hari, kapanpun dan di manapun beliau berada, dalam kondisi apapun. Walau sakit, masih bisa menulis. Dari banjir yang melanda rumahnya pun bisa dijadikan bahan tulisan. 

Pelajaran yang didapat oleh Bu Mayor dari narasumber senior dan junior tentang alasan beliau belajar menulis adalah sebagai berikut:

  1. Tidak hidup selamanya
  2. Meningkatkan level pribadi
  3. Memotivasi menjadi orang yang bermanfaat bagi orang lain
  4. Mendapat penghasilan dari menulis seperti Omjay
Untuk menghasilkan karya, bisa dengan menulis di blog atau media sosial lainnya. Bisa juga dengan mengikuti proyek buku antologi dan menerbitkan buku sendiri.

Selanjutnya, Bu Mayor Nani mengutip beberapa petuah dari pemateri WCS, Kak Muhtar Ardansah Munthe dan dari salah satu quote J.K. Rowling:

  • Tulislah apa yang kamu pikirkan, lakukan dengan hati tenang. Lakukan saja, maka banyak cara yang akan kamu temukan untuk menyelesaikannya. (Kak Muhtar)
  • Rutinitas akan membuat hal sulit menjadi biasa. (Kak Muhtar)
  • Mulailah menulis hal-hal yang kau ketahui. Tulislah tentang pengalaman dan perasaanmu sendiri. (J.K. Rowling)

Demikianlah isi materi dari Bu Mayor. Sebuah materi yang sangat bermanfaat dan menginspirasi. Mulai dari cara mengajar yang dapat diterima oleh siswa hingga motivasi dan komitmen menulis setiap hari, yang sampai saat ini belum bisa saya lakukan. Banyak hal yang menjadi alasannya (lebih tepatnya dijadikan alasan, hehe..), terutama tugas menjadi guru dan mengurus keluarga di rumah.

Terima kasih Bu Mayor Nani atas materi malam ini. Semoga kami dapat meniru kegigihan Bu Mayor dalam mendidik siswa dengan hati senang dan ikhlas, karena tujuan utama kita adalah memberikan manfaat yang sebesar-besarnya bagi orang lain, dalam hal ini siswa, sebagai bekal kita di akherat kelak. Semoga Bu Mayor Nani selalu sehat dan bahagia, aamiin...

Tanggal Kegiatan: 16 Juni 2021
Resume ke: 27
Tema: Blog Adalah Sarana Mengajar dan Belajar
Narasumber: Nani Kusmiyati, S.Pd, M.M, CTMP
Gelombang: 18





Selasa, 15 Juni 2021

Menumbuhkan Komitmen Menulis di Blog

 










Bismillaahirrahmaanirrahiim...

Malam ini, kembali saya mencoba menulis resume untuk pertemuan yang tertinggal karena sakit. Pertemuan belajar menulis yang ke-20. Waktu penyampaian materi pada tanggal 31 Mei 2021, saya masih terbaring lemah karena tipes. Tapi alhamdulillah masih bisa menyimak acaranya yang dilaksanakan via WA grup. Saya lihat sepertinya seru sekali pertemuan kali ini. Mungkin karena yang menjadi narasumber orangnya cool abis, dengan gaya penyampaiannya yang menarik dan gaul, hehe...

Kegiatan belajar menulis di pertemuan ke-20 ini dipandu oleh Bu Kanjeng sebagai moderator. Sementara, narasumber yang saya sebutkan di atas bernama Pak Dedi Dwitagama, seorang guru blogger berpengalaman. Bahkan beliau adalah guru bloggernya Omjay, suhunya guru blogger se-Indonesia. Wah, jadi Pak Dedi gelarnya apa ya? Mahaguru kali ya....

Sesaat kemudian, Bu Kanjeng membuka acara. Atas permintaan narasumber, para peserta diminta melayangkan pertanyaan ke nomer WA beliau, 089692593804. Pertanyaan yang diajukan bisa seputar materi dan dunia blogger khususnya. Materi yang akan disampaikan adalah "Komitment Menulis Di Blog".

Sebelumnya, moderator memperkenalkan profil narasumber dalam blog beliau berikut ini:








Selanjutnya, Pak Dedi hadir memperkenalkan diri dan memberikan beberapa alamat mayanya seperti  

Dalam perkenalannya, Pak Dedi menyatakan bahwa beliau mulai ngeblog pada tahun 2005 setelah diprovokasi oleh adik bungsunya yaitu Pak Agus Sampurno. Pak Agus mengatakan bahwa blog sedang trend di Amerika. Setelah itu, Pak Dedi mempelajari blog dan langsung menulis di blognya yaitu http://dwitagama.blogspot.com/.

Pertanyaan pertama datang dari Bu Eka dari Lampung. Bu Eka menanyakan 3 buah pertanyaan seperti berikut:






Sebelum menjawab pertanyaan dari Bu Eka, Pak Dedi menampilkan gambaran blognya sebagai berikut:













Dari gambar di atas, bisa kita lihat jumlah postingan yang telah beliau publikasikan yaitu 4.269 tulisan. Statistik sejumlah hampir 2 juta viewer. Tak heran jika beliau adalah seorang Mahagurunya blogger.

Kembali ke pertanyaan Bu Eka. Pak Dedi lalu memberikan jawaban seperti yang saya cantumkan di bawah ini:










Penanya kedua adalah Bu Maesaroh dari Lebak, Banten. Pertanyaannya berkaitan dengan komitmen yang harus dibangun agar menulis blog menjadi sebuah kebiasaan. Juga tentang rasa percaya diri yang muncul ketika ada komentar atau pengunjung yang lumayan banyak.

Sebagai jawabannya, Pak Dedi mengemukakan bahwa statistik pengunjung memang bisa membuat rasa percaya diri blogger meningkat. Untuk itu, komitmen yang kita buat harus dipatuhi. Sebagai contohnya, kita berkomitmen menulis di blog satu postingan setiap bulannya pada waktu tertentu. Saat punya ide dan waktu, kita dapat menulis 5 postingan untuk ditayangkan selama 5 bulan ke depan. Dengan begitu, komitmen kita bisa terlaksana karena ada tabungan tulisan/ postingan.

Pertanyaan berikutnya dari Bu Anita, mengenai blog wordpress dan blogspot. Bu Anita menanyakan kecenderungan Pak Dedi menggunakan wordpress dibanding blogspot. Juga tentang angka 99% di blog wordpress yang mengganggu kelancaran menulis karena ada anggapan angka tersebut artinya media sudah penuh, tidak bisa menampung lagi tulisan, gambar, video, dan lainnya.

Menurut Pak Dedi, sebaiknya kita abaikan saja angka tersebut dan terus memposting. Jika memang sudah penuh, kita buat lagi saja blog yang baru dengan angka 2 di belakang nama blog kita. Setelah itu kita publikasikan. 

Selanjutnya, pertanyaan dari Bu Agustiany tentang bagaimana Pak Dedi mengelola blog yang banyak dengan tipe yang berbeda. Bagaimana pula Pak Dedi menyatukan jiwa dengan tulisan pada setiap blog. Sebagai jawabannya, Pak Dedi menceritakan bahwa beliau awalnya hanya mempunyai 1 blog di tahun 2005. Blog tersebut isinya macam-macam. Kemudian, beliau membuat blog khusus tentang pendidikan, dokumentasi ngamen (entah apa maksudnya, ngamen beneran atau gimana?), hasil hunting foto sebagai fotografer, saat uji nyali, kegemarannya pada kerupuk, dan masih banyak lagi.

Cara Pak Dedi mengelola blognya, menurut beliau prinsipnya ingin menjadikan hidupnya bermanfaat untuk sesama dan bisa memanfaatkan waktu dengan sebaik-baiknya. Pada saat di manapun dan kapanpun, beliau sempatkan untuk menulis dan mempostingnya. Kegiatan tersebut terjadwal dan sesuai komitmen. Hasilnya, sangat luar biasa. Beliau sudah bisa berkeliling Indonesia dan juga ke luar negeri.

Beberapa tips untuk menjaga komitmen menulis di blog lalu diberikan oleh Pak Dedi:

  1. Jangan memikirkan tulisan. Tulis saja apa yang kita ingin tulis.
  2. Tak perlu diedit, langsung posting. Jika ada perbaikan baru diedit.
  3. Balas komentar yang bagus. Komentar yang jelek bisa diedit atau dibuang.

Tips berikutnya agak jorok tapi sangat dalam maknanya. Kata Pak Dedi, menulis itu seperti pipis dan pup: kerjakan, nikmati, dan lupakan. Jika kemudian diundang menjadi pembicara, itu adalah bonus. Kerjakan dengan baik, dokumentasikan, dan lupakan. Kerjakan yang lain untuk memberi manfaat pada semesta hingga membuat kita bahagia, amazing!!

Satu lagi, pesan Pak Dedi mengenai bagaimana menulis yang bagus. Menurut beliau, menulis yang bagus itu sesuai jam terbangnya. Semakin sering kita menulis, akan semakin baik tulisan kita. Lakukan menulis berulang-ulang. Untuk membagi waktunya, selesaikan tugas yang datang lebh dulu. Setelah itu, mulailah menulis. Saat semua anggota keluarga sudah tertidur, kita bisa menulis dan langsung ditayangkan. Begitupun saat kita selesai mengajar atau menunggu rapat dimulai, menulis akan lebih baik daripada membaca WA yang isinya banyak hoax, hehe...

Pernyataan amazing lainnya diberikan kembali oleh Pak Dedi. Beliau menyatakan bahwa blog bisa menjadi warisan yang menerapkan peribahasa HARIMAU MATI MENINGGALKAN BELANG, GAJAH MATI MENINGGALKAN GADING. Guru mati meninggalkan blog yang akan terus dibaca orang lain dan pahalanya terus mengalir mengantarkan pemiliknya ke surga, aamiin...

Tips luar biasa disampaikan kembali oleh Pak Dedi untuk menjawab pertanyaan Pak Syaechu Nasirudin dari Bojonegoro. Masalah yang dihadapi berhubungan dengan penglihatan yang semakin berkurang ketika  berhadapan dengan laptop atau HP, sehingga kepala menjadi pusing. 

Tips yang diberikan Pak Dedi diantaranya:

  • menggunakan note book atau personal computer
  • meminta bantuan orang di sekitar kita untuk menuliskan ide kita
  • konsultasikan ke dokter mata atau optik
  • menulis menggunakan pulpen, difoto, lalu ditayangkan di blog
  • menggunakan aplikasi yang bisa merubah suara menjadi tulisan
Sebagai closing stetement, kembali Pak Dedi menyatakan bahwa sebaik-baiknya manusia adalah yang bermanfaat bagi sesama. Blog bisa menjadi media seseorang untuk memberikan manfaat dan meninggalkan jejak kebaikan selama hidup di dunia.

Luar biasa sekali narasumber kali ini. Semua peserta dibuat terkagum-kagum dan terinspirasi untuk semangat menulis di blog. Pak Dedi telah berhasil menularkan virus menulis di blog dan memotivasi peserta untuk memelihara komitmen menulis di blog dan mempostingnya.

Terima kasih Pak Dedi, semoga sukses selalu. Kami akan berusaha menjaga komitmen menulis di blog, walaupun belum bisa sehebat Bapak. Sepertinya, cara Bapak membuat banyak blog sesuai dengan tipe atau tujuannya, sangat menginspirasi. Suatu saat, saya akan mencobanya. Semangat teman-teman!!

Salam blogger persahabatan...

Tanggal Kegiatan: 31 Mei 2021
Resume ke: 20
Narasumber: Dedi Dwitagama
Tema: Komitmen Menulis di Blog
Gelombang: 18




 




Senin, 14 Juni 2021

Mengembangkan Tulisan Non-Fiksi

 











Bismillaahirrahmaanirrahiim...

Alhamdulillah, rasa syukur yang tak kan pernah berhenti selalu saya panjatkan kehadirat Allah SWT. Berbagai kenikmatan telah dan akan selalu saya rasakan setiap harinya, terutama nikmat sehat dan bahagia. Benarlah apa kata Ali Bin Abi Thalib, yang dikutip oleh suami saya dalam pesan pribadinya ketika saya sakit tipes 3 minggu lamanya, bahwa jika kita sabar menjalani ujian sakit, maka kelak akan mendapatkan kejutan dari Allah yang akan membuatmu terpana hingga kau lupa akan rasa sakitnya.

Pagi ini, ditemani rintik hujan yang masih malu-malu, saya kembali menulis resume materi yang tertinggal. Materi tersebut bertema "Cara Mengembangkan Tulisan Non-Fiksi". Sebagai moderator acaranya, tampil Bu Sri Sugiastuti yang sudah tak asing lagi dengan panggilan akrabnya yaitu Bu Kanjeng. Sedangkan narasumber pertemuan ke-25 ini adalah Pak Much. Khoiri, atau lebih beken dengan panggilan Pak Emcho. 

Tepat pukul 19.07, Bu Kanjeng membuka acara dengan menyalami peserta terlebih dahulu dan mengajak peserta untuk berdoa agar kegiatan ini bermanfaat bagi kami semua. Beberapa saat kemudian, Bu kanjeng mempersilakan narasumber untuk tampil memperkenalkan diri.

Tak lama kemudian, Pak Emcho pun menyalami peserta. Kemudian, beliau memperlihatkan biodatanya dalam sebuah tautan. Dalam biodatanya disebutkan bahwa Pak Emcho lahir di Desa Bacem tahun 1965. Beliau adalah seorang dosen dan penulis buku FBS Universitas Negeri Surabaya (UNESA). Beliau juga seorang trainer motivasi dan literasi, editor, dan tentunya penggerak literasi. Pak Emcho adalah alumnus International Writing Program di University of Iowa (1993) dan Summer Institute in American Studies di Chinese University of Hongkong (1996). 

Pak Emcho masuk dalam buku 50 Tokoh Inspiratif Alumni Unesa (2014). Pernah menjadi redaktur pelaksana jurnal kebudayaan Kalimas dan Jurnal Sastra dan Seni. Dalam prestasi menulis, keahliannya dalam menulis sudah tak diragukan lagi. Ada sekitar 66 judul buku yang sudah ditulisnya, tentang budaya, sastra, dan menulis kreatif, baik mandiri maupun antologi. Untuk lengkapnya, bisa anda simak dalam link berikut ini:







Dalam pernyataannya, Pak Emcho menyebutkan bahwa sejatinya, beliau mulai menulis sejak tahun 1986. Saat itu, beliau masih kuliah S1 di Unesa jurusan Pendidikan Bahasa Inggris. Walaupun pengalaman menulisnya belum banyak, beliau menargetkan untuk menembus media massa. Setiap bulannya, beliau menulis artikel non-fiksi sekitar 20 tulisan. Dengan menggunakan mesin tik jadul, beliau menulis artikel hingga merambah tahun-tahun berikutnya. Setelah menembus beberapa surat kabar, lalu beliau menulis fiksi berupa cerpen dan essai kreatif. Pada tahun 1993, beliau memenangkan seleksi untuk belajar menulis kreatif di University of Iowa.

Dari pengalaman belajarnya, baik di University of Iowa maupun Chinese University of Hongkong, tak jauh dari proses kreatif, yakni menulis fiksi dan non-fiksi. Hingga pada tahun 2011, beliau menulis buku kumpulan cerpen. Pada tahun 2021, jumlah buku yang sudah ditulisnya berjumlah 66 buku. Buku ke-66 berjudul "Kitab Kehidupan". Wow, amazing!!

Sebagai pendukung materi tentang cara mengembangkan tulisan non-fiksi, Pak Emcho menyertakan sebuah video youtube sebagai berikut:




Beikut ini adalah beberapa karya buku Pak Emcho:

















Tibalah kita pada sesi tanya jawab. Pertanyaan pertama mengenai teori/ konsep literasi yang digunakan untuk menganalisa materi bacaan. Menurut Pak Emho, materi bacaan biasanya berupa data. Konsep literasi yang bisa digunakan bergantung pada data yang berisi ideologi, struktur, dan lainnya. Banyak teori atau konsep yang dapat dilihat, yang kita sebut juga sebagai Content Analysis. 

Jika materi bacaan mengandung pertentangan ideologi, atau bisa juga cerita tentang hubungan masyarakat bawah dan atas. Yang demikian bisa dilihat dengan teori kritis. Dalam konsep literasi, hal itu bergantung pada perspektif kita melihat materi atau data yang ada. Ada istilah eklektik atau keilmuan yang saling pinjam, yang menghasilkan interdisipliner.

Menjawab pertanyaan mengenai langkah-langkah mengembangkan tulisan non-fiksi, Pak Emcho lalu memberikan tulisan dalam tautan seperti di bawah ini:
















Pertanyaan berikutnya tentang kecenderungan menulis fiksi dan non-fiksi. Apakah akan mempengaruhi gaya hidup seseorang. Ada pernyataan bahwa penulis fiksi bisa menulis non-fiksi. Akan tetapi, penulis non-fiksi tidak bisa menulis fiksi. Benarkah demikian? Untuk pertanyaan ini, Pak Emcho menjawab bahwa pernyataan itu bisa benar bisa juga salah. Fiksi dan non-fiksi merupakan penguasaan genre yang berbeda. Akan tetapi, ada orang yang menguasai keduanya. Ketika seseorang menguasai fiksi dan non-fiksi, dia akan hadir kefiksiannya ketika menulis fiksi. Juga ketika menulis non-fiksi, maka akan hadir kenon-fiksiannya. Untuk itu, sebaiknya kita mempelajari kedua genre tersebut.

Demikianlah isi resume pelatihan menulis pertemuan ke-25 ini. Semoga apa yang diberikan oleh narasumber akan memberi manfaat yang sangat besar bagi perjalanan menulis kami semua. Sehat selalu dan semakin sukses untuk Pak Emcho, terima kasih atas ilmu yang luar biasa ini. Jazakallohu khoir...


Tanggal Kegiatan: 11 Juni 2021
Resume ke: 25
Tema: Cara Mengembangkan Tulisan Non-Fiksi
Narasumber: Much. Khoiri
Gelombang: 18


Mari Menulis Buku AutoBiografi

 









Bismillaahirramaanirrahiim...

"I think that fiction, history, and biography are immensely important, because they provide a picture of live now and of live in the past." (Aldous Huxley, Penulis Inggris tahun 1894-1963)

Kembali lagi kita dalam kegiatan pelatihan belajar menulis asuhan Omjay dkk. Malam ini, acara dipandu oleh moderator cantik dari Lebak, Banten, Bu Maesaroh. Narasumber yang akan berbagi ilmu adalah Pak Suparno, S.Pd, M.Pd. Tema pertemuan ke-26 tentang "Menulis Buku Autobiografi". 

Seperti biasa, moderator menyampaikan susunan acara sebagai berikut:





Selanjutnya, moderator mengenalkan narasumber melalui CV yang dibagikan ke peserta. Di dalam CV disebutkan Pak Suparno, S.Pd, M.Pd. lahir di Magetan, tanggal 25 Juli tahun 1966. Saat ini, beliau bertugas sebagai Kepala SMP 2 Karangrejo, Magetan. Pendidikan terakhirnya adalah S2 di UNIPA Surabaya, tahun 2008. Ada banyak prestasi yang telah beliau torehkan. Salah satunya adalah sebagai juara 2 Guru Berprestasi Tingkat Kabupaten tahun 2012.

Pada pukul 19.09, Pak Suparno membuka penyampaian materinya dengan menyapa peserta terlebih dahulu. Berikutnya, beliau mengajak peserta untuk berkunjung ke blognya:







Lebih lanjut, Pak Suparno menyatakan bahwa tulisan-tulisan beliau kebanyakan berupa motivasi ibadah, motivasi bekerja, dan motivasi belajar. Ketiga motivasi itu sangat penting agar ekonomi kita meningkat, belajar supaya bertambah ilmu kita, dan ibadah supaya menjadi orang kaya di surga nanti, aamiin...

Sampailah kita pada penyampaian materi oleh narasumber. Ada pesan yang dalam dari Pak Suparno yaitu bahwa kita tidak tahu umur seseorang, kapan ajal akan menjemput. Untuk itulah, sebaiknya kita menulis buku autobiografi, agar anak cucu tahu sejarah perjalanan hidup kita. Dari sejarah perjalanan hidup kita, anak cucu mengetahui perjuangan kita dalam mencapai kesuksesan.

Pak Suparno kemudian menceritakan tentang Prof. Dr. Budidarma yang pernah menjadi Rektor IKIP Surabaya, yang pernah mengatakan bahwa kita adalah orang biasa, Untuk mencapai sukses, kita harus berjuang luar biasa, bekerja, belajar, dan berdoa yang luar biasa pula.

Buku biografi akan dapat dipelajari oleh siapa saja yang mau menambah ilmu pengetahuan dan pengalaman, sehingga buku biografi kita akan mejadi amal jariyah apabila dibaca dan banyak menebar manfaat bagi kehidupan orang yang membacanya. 

Tulislah cerita-cerita yang memotivasi, yang di dalamnya ada kata-kata hikmah yang menginspirasi pembaca. Menurut para pakar menulis, seorang penulis bisa menuliskan apa yang dilihat, didengar, dan dialami. Buku biografi berdasarkan apa yang dialami, sehingga dapat memudahkan seorang penulis pemula.

Sebelum kita menulis buku autobiografi, sebaiknya membaca buku-buku biografi orang lain, seperti buku biografi Pak Chaerul Tanjung. Dari membaca buku biografi seseorang, kita bisa mengetahui hal-hal baik apa saja yang harus dituliskan ke dalam buku autobiografi kita.

Sebagai pembanding, sediakan minimal 3 buku biografi orang lain. Tak harus buku biografi orang-orang ternama, yang selevel dengan kitapun bisa, sehingga kita tidak akan merasa kecil hati dalam menuliskan perjalanan hidup kita.

Selanjutnya, Pak Suparno memaparkan langkah-langkah menulis buku autobiografi sebagai berikut:

  1. Mulailah dengan membuat outline atau kerangka tulisan, misalnya tentang kelahiran, sekolah, berumah tangga, perjalanan ke luar kota/ luar negeri,dsb. 
  2. Membuat jadwal menulis. Jangan lupa untuk mentaati jadwal yang telah dibuat.
  3. Menyiapkan data-data pendukung, seperti foto, buku diary, dsb.
  4. Mulailah menulis per-outline atau per-judul. Tulislah mengalir saja, jangan dulu diedit. Teruslah menulis sampai selesai, abaikan kesalahan. Tulislah dengan pikiran dan perasaan. Dengan akal budi dari hasil merenung yang dalam, hingga ilhampun datang dengan sendirinya.
  5. Buatlah subjudul yang merupakan urutan sejarah perjalanan kehidupan kita.
  6. Lakukan editing mulai dari awal hingga akhir tulisan.
  7. Mintalah orang lain yang kita percaya sebagai editor.
  8. Buatlah cover buku yang baik dan menarik.
  9. Mintalah kata pengantar pada tokoh-tokoh terkenal.
  10. Kirimkan ke penerbit yang kita percaya akan memberikan keberuntungan, cetakannya bagus, dan harga terjangkau.
Demikianlah materi yang disampaikan oleh Pak Suparno malam ini. Sebuah materi yang sangat menginspirasi dan membekali kami para penulis pemula. Berikut ini adalah contoh buku autobiografi beliau:









Pada sesi tanya jawab, ada peserta yang menanyakan kembali tentang penulisan buku biografi yang ternyata tidak hanya milik orang terkenal saja. Pak Suparno menambahkan bahwa sukses bukan milik orang kaya saja. Belajar tidak harus pada orang ternama, melainkan pada siapa saja yang memberikan hikmah. Siapa saja boleh menulis, karena tulisan kita akan menemui takdirnya masing-masing.

Pertanyaan berikutnya datang dari Bu Reni yang berasal dari Bantaeng, Sulawesi Selatan. Bu Reni menanyakan hal-hal seperti di bawah ini:






Sebagai jawabannya, Pak Suparno menyatakan bahwa memuji diri tidaklah salah, asal sesuai dengan kenyataan. Memuji diri termasuk self-reward (hadiah diri) yang menurut psikologi, mengapa orang yang beramal acapkali tidak ikhlas? Jawabannya karena diri sendiri tidak pernah diberi hadiah. Setelah itu, berikan hadiah kepada orang lain. 

Untuk pertanyaan kedua Bu Reni, Pak Suparno mengatakan bahwa dalam menulis buku biografi harus  terbebas dari unsur sara dan tidak menjelekkan orang lain. Membuatnya tersinggung, dan terluka hatinya. Tulislah yang mengandung hikmah saja, karena tulisan kita akan dibaca hingga akhir zaman.

Sebagai jawaban pertanyaan Bu Reni yang ketiga, Pak Suparno menegaskan bahwa meminta orang lain memberikan kata pengantar dalam buku kita adalah hal yang baik, sehingga akan memberikan kemantapan hati pembaca ketika membaca buku biografi kita.

Tibalah saatnya pada pertanyaan saya, hehe...Saya menanyakan tentang batasan umur dalam menulis buku biografi dan sumber bukti tertulis selain diary. Menurut Pak Suparno, sebenarnya tidak ada batasan umur. Akan tetapi sebaiknya yang pantas menulis adalah yang sudah dewasa baik fisik, ilmu, dan pengalaman hidupnya. Ada juga orang yang masih muda tapi pengalamannya luar biasa, seperti Habibi, seorang motivator hebat, seorang penyandang disabilitas yang sukses luar biasa. Buku diary dapat diganti dengan foto-foto yang menginspirasi.

Menurut Pak Suparno, terdapat perbedaan antara biografi dan auto biografi. Biografi adalah sejarah perjalanan hidup yang ditulis oleh orang lain, sedangkan autobiografi, sejarah perjalanan hidup seseorang yang ditulis oleh dirinya sendiri.

Pertanyaan yang saya anggap menarik datang dari Bu Mulyoharti dari Banyumas yang menanyakan bagaimana mengemas tulisan dalam buku autobiografi sehingga tidak terkesan seperti curhatan hati penulis. Untuk pertanyaan ini, Pak Suparno menghimbau agar terus menulis, karena tulisan kita akan terkenal jika dibaca oleh banyak orang, apalagi jika difilmkan. Semakin berliku perjalanan hidup seseorang, semakin menarik untuk dibaca.

Sebelum menyampaikan closing statement, Pak Suparno menekankan sekali lagi bahwa janganlah menunggu populer dulu baru menulis. Banyak penulis yang menulis lalu menjadi terkenal. Berikutnya, menulis autobiografi tak harus menceritakan sebuah kesuksesan. Satu hal yang memotivasi bagi penulis autobiografi yaitu dia akan berjuang menjalani hidup dengan perbuatan baik.

Sebagai closing statement, Pak Suparno mengajak peserta untuk menulis buku autobografi sebelum kita mati, agar nama kita dikenang oleh anak cucu dan orang-orang setelah kita.

Terima kasih Pak Suparno akan ilmu yang luar biasa tentang menulis buku autobiografi. Semoga kami dapat menulis sejarah perjalanan hidup kami suatu saat nanti dan akan dikenang oleh anak cucu dan orang lain, aamiin...

Tanggal Kegiatan: 14 Juni 2021
Resume ke: 26
Tema: Menulis Buku Auto Biografi
Narasumber: Suparno, S.Pd, M.Pd
Gelombang: 18


 




Rabu, 09 Juni 2021

9 Trik Jitu Menulis Dengan Mudah

 









Bismillaahirrahmaanirrahiim...

Alhamdulillah, malam ini saya dapat menyimak pelatihan belajar menulis gelombang 18 sambil membuat resumenya. Belajar menuis kali ini sedikit berbeda, karena yang menjadi moderatornya adalah ketua kelas kami dari gelombang 18 yaitu Ibu Maesaroh, M.pd. Sedangkan yang menjadi narasumber adalah Bapak Dr. Ngainun Naim. Tema malam ini adalah "Menulis Itu Mudah".

Acara dibuka oleh Omjay pada pukul 19.00. Setelah itu, Omjay menyerahkan acaranya kepada moderator, Bu Maesaroh, Sang Blogger Milenial. Seperti biasa, moderator menyampaikan susunan acara sebagai berikut:





Acara berikutnya adalah perkenalan dengan narasumber. Moderator menyajikan CV narasumber. Dr. Ngainun Naim lahir di Tulungagung pada tanggal 19 Juli 1975. Beliau sekarang bertugas di IAIN Tulungagung. Alamat rumahnya di Parakan RT 11 RW 04 Trenggalek. Dari biodatanya didapat keterangan bahwa Pak Ngainun Naim sudah banyak menulis buku. Ada lebih dari 26 judul buku yang sudah beliau hasilkan. Wah... Prestasi yang luar biasa!

Berikutnya, Pak Ngainun Naim menyatakan alasannya memilih tema Menulis itu mudah, karena beliau ingin mengajak peserta mau dan mampu menulis. Banyak orang yang ingin bisa menulis tapi tak punya kemauan untuk mampu menulis. Ada juga yang mamapu menulis tapi tidak mau menulis. Idealnya, penulis harus memadukan kemampuan dan kemauan. Blog beliau yang bisa kita kunjungi adalah https://www.spirit-literasi.id/. 

Di awal tahun 2021, Pak Ngainun Naim menerbitkan sebuah buku sederhana, yang berjudul sama dengan tema malam ini, "Menulis Itu Mudah". Dalam buku ini, beliau memaparkan 40 jurus untuk bisa menulis dengan mudah. Berikut adalah cover bukunya:










Salah satu jurus yang penting adalah membaca. Orang bisa menulis kalau banyak membaca. Setiap kebiasaaan tidak akan terbangun begitu saja. Awalnya harus ada perjuangan dengan cara memaksakan diri. Seperti beliau yang membaca buku sehari semalam minimal 10 halaman, bahkan lebih. Sama halnya dengan kebiasaan menulis, beliau setiap hari menulis minimal 5 paragraf. Jenis tulisan bisa apa saja. Yang penting setiap hari menulis.

Menurut beliau, menulis itu mudah jika kita:

  • mau membaca.
  • punya target minimal 5 paragraf tiap hari.
  • menguasai terhadap apa yang kita tulis.
  • membangun kebiasaan produktif. Jika niat untuk menjadi penulis sudah kuat, bukalah pikiran dan hati kita. Kata kuncinya ada 3, dengar, catat, dan olah menjadi tulisan. 
  • mengekspresikan tulisan, dengan aktif menulis di WA sebagi sarana belajar menulis, atau ikut kelas belajar menulis seperti sekarang ini, sehingga kompetensi kita meningkat.
  • ngemil, menulis sedikit demi sedikit. Bisa dilakukan di hape lalu dipindahkan ke laptop.
  • menulis secara bebas, yang ada dalam pikiran. Bukan memikirkan apa yang akan ditulis.
  • menulis bukan mengedit.
  • meluangkan waktu, jangan menunggu waktu luang. Luangkan waktu 10 sampai 30 menit untuk menulis.
Sebaliknya, menulis akan terasa sulit apabila kita tidak menguasai apa yang kita tulis. Oleh sebab itu, tulislah hal-hal yang sederhana, dari yang kita ketahui atau kita lakukan. Sebagai referensi, Pak Ngainun Naim menyuguhkan sebuah video Youtube berikut ini:



Menurut Pak Ngainun Naim, tulisan itu lahir karena beliau:
  1. Pernah membaca ulasan dalam topik yang sama
  2. Mengolahnya menjadi tulisan
  3. Bisa menulisnya karena menguasai topik tersebut
  4. Membangun kebiasaan produktif
Jika memiliki akun FB, kita isi status dengan tulisan kita yang panjang untuk meningkatkan kompetensi menulis. Begitu juga dengan blog kita. Banyak sekali manfaat yang didapat dari menulis di blog.

Buku "Menulis Itu Mudah" adalah kumpulan catatan Pak Ngainun Naim di blognya. Blog bisa kita posisikan sebagai tabungan tulisan. Sebagian dari buku-buku yang beliau tulis adalah olahan dan pengembangan dari blognya. Tulisan yang disimpan di blog bersifat ringan dan sederhana. 

Selanjutnya, Pak Ngainun Naim menyebutkan bahwa kegitan menulis terbagi menjadi 3:
  1. Pre-writing. Saat dimana kita siap menulis. Kegiatannya berupa membuat draft, mencari sumber bacaan, dan sebagainya.
  2. Menulis
  3. Editing
Pada sesi tanya jawab, ada bebrapa pertanyaan yang hampir sama yaitu tentang mudahnya menulis seperti yang dipaparkan oleh narasumber, akan tetapi masih banyak peserta yang sebaliknya, masih mengalami kesulitan dalam menulis, terutama menulis tiap hari seperti yang dicontohkan oleh narasumber. 

Sebagai jawabannya, Pak Ngainun Naim menegaskan bahwa kita dapat menulis dengan mudah apabila mempunyai niat yang kuat untuk menulis setiap hari, sesibuk dan sepenat apapun kita. Hal itu dilakukan sebagai perwujudan rasa syukur kita kepada Allah SWT, yang telah memberi anugerah sebagai seorang penulis.

Jangan takut salah dalam menulis. Tingkatkan kualitas menulis kita dengan menulis sebanyak-banyaknya. Mustahil menulis berkualitas jika jarang menulis. Mustahil juga bermanfaat jika tidak pernah menulis. Intinya, MARI MENULIS SEBANYAK-BANYAKNYA, NANTI KUALITAS DAN MANFAAT AKAN MENGIKUTI. Luar biasaa...Salut untuk Pak Dosen. Semoga kami dapat mengikuti jejak beliau, aamiin...

Sebagai closing statement, Pak Ngainun Naim menyatakan sekali lagi untuk mengajak peserta menulis. Jangan memikirkan mutu dulu. Bangun tradisi menulis terlebih dahulu baru mutu. Bisa menulis adalah sebuah anugerah. Sangat banyak manfaat yang dirasa dari bisa menulis. Menulis juga akan membawa berkah, insyaa Allah... 


Tanggal Kegiatan: 9 Juni 2021
Resume: 24
Tema: Menulis Itu Mudah
Narasumber: Dr. Ngainun Naim
Gelombang: 18








Teknik Mendesain Cover Buku

 










Bismillaahirrahmaanirrahiim...

"Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Sesengguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan." (Q.S. Al-Insyirah, ayat 5-6)

Alhamdulillahirabbil 'aalamiin...Walaupun sudah tertinggal cukup jauh, saya berusaha mengejarnya perlahan tapi pasti. Saat ini, saya mencoba menulis resume pertemuan ke-23 pelatihan belajar menulis gelombang 18. Narasumber yang tampil pada malam Senin, 7 Juni 2021 adalah Pak Achmad Najiullah Thaib, atau yang dikenal dengan panggilan akrabnya, Pak Ajinatha. Beliau adalah seorang desainer cover buku yang sangat berbakat dan terkenal di kalangan penulis hebat. Sedangkan moderator acara dipegang oleh Bu Aam Nurhasanah, sang moderator handal.

Acara dibuka oleh Bu Aam sebagai moderator dengan memperkenalkan narasumber. Bu Aam menyebutkan bahwa keahlian Pak Ajinatha dalam mendesain cover buku sudah tak diragukan lagi. Sudah banyak buku para penulis yang dibuatkan covernya oleh beliau, termasuk Bu Aam. Di bawah ini adalah contoh cover buku milik Bu Aam yang didesain oleh Pak Aji.




 



 

Dalam Curriculum Vitae yang dibagikan oleh Bu Aam, tertulis nama lengkap Pak Aji yaitu Achmad Najiullah Thaib. Beliau tinggal di Jl. Kramat Sentiong V No. 149, RT 011/06, Jakarta Pusat. Email beliau ajiajalah@gmail.com. Nomer ponsel beliau yang dapat dihubungi adalah +6287 7444 6851, 081219299916.

Pak Aji lahir di Jambi pada tanggal 28 Oktober 1959. Pendidikan formalnya dilalui di Jambi hingga SMA. Tahun 1980 beliau kuliah di IKJ Fakultas Seni Rupa dan Desain, namun sayang tidak sampai selesai. Sesuai dengan jurusan yang diambilnya, sudahlah pasti Pak Aji sangat menggemari desain interior, buku-buku, dan hiburan (entertainment).

Prestasi yang pernah Pak Aji raih adalah Nominasi Penata Artistik Terpuji dalam sinetron "Berkah". Selain seorang cover desainer, ternyata Pak Aji juga seorang Art Director handal pada beberapa Production House seperti Rapi Film, Sinemart, Soraya, dan Aspro. Pengalamannya sebagai art director dimulai pada tahun 1992 hingga 2018. Wow, sebuah pengalaman yang sangat berkesan pastinya dan tak dapat dilupakan, briliant!

Tepat pukul 19.17, Pak Aji menyalami peserta dan siap memberikan materinya. Sebelumnya, Pak Aji menceritakan background profesinya. Profesi awal beliau adalah seorang desainer grafis pada tahun 1987. Di tahun 1990, beliau mendirikan perusahaan advertising dan merangkap sebagai desainer grafisnya. 

Menurut Pak Aji, beliau belajar aplikasi desain secara otodidak, termasuk juga mempelajari aplikasi Canva. Beliau telah lama mewakafkan ilmu desain grafisnya di penerbit YPTD, sehingga kemampuan mendesainnya semakin terasah. 

Beberapa pengalaman Pak Aji dalam mendesain cover buku dapat kita baca di website beliau seperti berikut ini:











Menurut Pak Aji, cover buku yang sudah didesain oleh beliau sudah tak terhitung jumlahnya, sudah ratusan cover. Selain di YPTD, Pak Aji juga menerima pesanan dari luar. Lebih lanjut, Pak Aji menyatakan bahwa desain itu utamanya berkaitan dengan "taste". Ini berarti, bagus atau tidaknya sebuah cover buku tergantung selera yang didesain. Salah satu aplikasi yang sangat mendukung adalah Canva. Namun, tetap harus didukung oleh keahlian basic IT. 

Berbicara tentang Canva, Pak Aji kemudian membeberkan tutorial menggunakan aplikasi ini untuk mendesain cover buku. Pertama, pilihlah format A4 untuk memulai desain cover. Penampakannya akan seperti ini:










Kedua, memilih background cover. Penampilan dalam Canva akan seperti ini:










Ketiga, menempel background dalam format A5.










Keempat, memilih ilustrasi untuk cover.










Keenam, memasang ilustrasi pada cover.










Ketujuh, memilih elemen estetis pada cover.










Kedelapan, tahap pemilihan warna.










Untuk pemilihan warna cover belakang, komposisi warnanya harus sesuai dengan cover depan.










Setelah kita pilih salah satunya, maka akan berubah secara otomatis.










Demikianlah tahapan teknik membuat cover buku dengan aplikasi Canva yang disampaikan oleh Pak Aji. Menurut beliau, akan lebih jelas jika tutorialnya berupa video seperti video youtube. Tapi, dari paparan singkat di atas, kita bisa mencobanya membuka aplikasi Canva dan mulai membuat cover.

Tibalah pada sesi tanya jawab. Pertanyaan pertama datang dari Bu Ketua Kelas, Bu Maesaroh. Bu Mae menanyakan tentang alokasi waktu yang dibutuhkan Pak Aji untuk membuat cover buku. Ternyata, jawabannya sangat mengejutkan. Pak Aji mendesain cover buku hanya dalam hitungan menit. Paling lama 30 menit. Wiih...kalau sudah expert pasti cepat ya...

Ada hal penting yang Pak Aji utarakan tentang kerumitan membuat cover. Menurut beliau, mendesain cover tidaklah terlalu rumit. Yang membuat rumit itu jika permintaan tidak sesuai dengan ide pendesainnya. Oleh sebab itu, Pak Aji lebih senang apabila pemesan menyerahkan sepenuhnya kepada beliau, sehingga beliau akan lebih leluasa dalam menuangkan ide. Jika terlalu banyak didikte, akan lebih lama dan hasilnya kurang menarik. 

Pak Aji menyatakan bahwa aspek warna, ilustrasi, dan komposisi adalah tiga hal yang membuat cover menjadi bagus. Selain itu, tentu saja harus ada guide-nya, yaitu "taste".

Pertanyaan kedua dari Ibu Weni, mengenai tips dan trik mudah bagi penulis pemula dalam belajar desain cover dan aplikasi yang dapat digunakan selain Canva. Menurut Pak Aji, beliau belum menemukan aplikasi yang lebih praktis selain Canva, sehingga susah untuk memberikan trik dan tipsnya.

Pertanyaan menarik berikutnya dari Bu Iis Yuliati, yang menanyakan cara Pak Aji mendesain cover bukunya yang berjudul "Getar Rindu di Bilik kalbu", sehingga bisa serasi dan menyatu dengan isi bukunya.

Untuk menjawab pertanyaan Bu Iis, Pak Aji mengibaratkan gambar bulan dan ranting dalam cover buku sebagai simbol dari perasaan rindu (kok saya jadi ingat lagunya Umi Elvy Sukaesih ya, Bulan di Ranting Cemara, hehe...) Dalam mendesain buku, Pak Aji harus memahami filosofi judulnya terlebih dahulu. Setelah itu, baru mencari ilustrasi yang mewakilinya. Rasa, intuisi, harus dimaksimalkan dalam memahami sinopsisnya. 

Sebagai penutup, Pak Aji memberikan pernyataan bahwa siapa saja bisa menjadi cover desainer. Syaratnya, harus memiliki cita rasa seni, kreativitas, dan mau mengolah rasa dan intuisi untuk memperindah karya desainnya. IT bisa dipelajari. Tidak ada ilmu yang tidak bisa dipelajari. Asal ada kemauan, pasti ada jalan. Temukan keasyikan dalam mengerjakan sesuatu, sehingga kreativitas akan mengikutinya.

Luar biasa ilmu yang telah disampaikan oleh Pak Aji tentang desain cover. Selain menjadi seorang cover desainer, beliau juga adalah seorang penulis yang telah banyak menghasilkan buku. Ada 8 buku tunggal yang sudah ditulisnya, dengan cover buku yang tentunya beliau buat sendiri. 

Terima kasih Pak Aji atas ilmu yang telah diberikan kepada kami. Semoga kami selalu semangat dalam menulis. Jika ada kemauan, kamipun akan belajar tentang desain cover dengan Canva. Jika tetap tidak bisa, kami akan menyerahkannya saja kepada ahlinya yaitu Anda, hehe...


Tanggal Kegiatan: 7 Juni 2021
Resume: 23
Tema: Membuat Desain Cover Buku
Narasumber: Achmad Najiullah Thaib
Gelombang 18

Guru "Smart", Guru Pemberdaya

  "Pendidikan akan menghasilkan tiga guna yang luar biasa yang dinamakan Tri Rahayu : Hamemayu Hayuning Sarirom, Hamemayu Hayuning Bong...