Sabtu, 17 Juli 2021

Pentigraf "Vaksin Cinta Kelabu"


Marsudi berkaca di depan cermin, meneliti wajah dan pakaian yang ia kenakan. Terlihat cukup tampan dengan kumis tipis menghiasi bibir atasnya. Baju yang ia kenakan pun tak kalah kerennya. T-shirt warna biru langit, celana jeans navy, dan bersepatu sneaker abu-abu kesukaannya. Untuk menambah percaya diri, ia menyemprotkan sedikit Axe Body Spray ke bajunya. Hari ini, ia siap bertemu kembali dengan dokter cantiknya yang 2 minggu lalu pernah ia jumpai di puskesmas. Sayang, wajah gantengnya harus tertutup masker, untuk menghindari serangan ganas korona.

Di ruang tengah, Mbah Supri sedang duduk santai di atas sofa tua, menyaksikan sebuah sinetron di salah satu saluran televisi swasta. Sesekali ia menyesap teh manis hangat buatan Marni, adik Marsudi. Sebagai pelengkapnya, Marni telah menyiapkan beberapa potong singkong rebus yang masih berasap, tanda belum lama diangkat dari panci pengukusnya. Kedua cucu Mbah Supri itu sudah 8 tahun menemani hidup senjanya setelah orang tua mereka meninggal karena kecelakaan. Seorang pengendara motor yang mabuk berat mengendarai motornya dengan kecepatan tinggi, lalu oleng dan menabrak motor yang ditumpangi ayah dan ibu mereka dari belakang. Korban tak bisa tertolong dan meninggal di tempat. Saat itu, Marsudi berusia 12 tahun dan Marni 2 tahun lebih muda darinya. Setelahnya, mereka tinggal dan diasuh Mbah Supri, neneknya. Ketika Marsudi lewat di depannya, Mbah Supri menganga, merasa heran dengan penampilan cucunya yang sudah sangat rapih dan tak seperti biasanya. Marsudi cuma tersenyum manis penuh arti lalu mencium tangan Mbah Supri dan berpamitan padanya. "Mbah, Mar pamit dulu ya, mau bertemu orang spesial dulu!" Mbah Supri tak sempat bertanya lebih lanjut tentang orang spesial yang dimaksud Marsudi. Pemuda itu sudah bergegas pergi ke luar rumah. Mbah Supri masih bisa mencium harum parfumnya yang tertinggal di ruangan itu.

Bergetar hati Marsudi saat tiba di puskesmas. Antrian ke-5 penyuntikan vaksin tak menyurutkan maksudnya, walaupun ia harus menunggu 4 orang lagi. Marsudi telat datang ke puskesmas karena motornya mengalami kempes ban di tengah perjalanan. Dengan setia ia menunggu gilirannya, demi keinginannya bertemu dengan dokter yang telah berhasil menumbuhkan benih cinta di hatinya. Ketika petugas puskesmas memanggil namanya, detak jantungnya semakin kencang. Begitupun saat berdiri di depan sang dokter. Dokter muda dan cantik, berkulit putih dengan mata bening dan alis tebal, kelihatan cantik walau wajahnya tertutup masker. Blazer putih khas seorang dokter melengkapi penampilannya. Sesaat, sang dokter menatap Marsudi. Marsudi semakin salah tingkah dibuatnya. Tak lama kemudian, seorang perawat mendekati sang dokter lalu menunjukkan sebuah buku catatan vaksinasi. Agak canggung, sang dokter kemudian berkata pada Marsudi, "Emm..maaf ya Pak, Pak Marsudi bukannya sudah divaksin 2 minggu yang lalu?" Belum sempat Marsudi menjawab, tiba-tiba seorang pria muda bermasker datang menghampiri dokter cantik itu, ditemani oleh anak perempuan mungil memakai masker Hello Kitty yang lucu. Gadis kecil itu tampak riang. Marsudi terdiam lesu dan merasa separuh jiwanya mati rasa tatkala anak kecil itu memanggil sang dokter dengan sebutan "Mama"...

Guru "Smart", Guru Pemberdaya

  "Pendidikan akan menghasilkan tiga guna yang luar biasa yang dinamakan Tri Rahayu : Hamemayu Hayuning Sarirom, Hamemayu Hayuning Bong...