Selasa, 31 Mei 2022

Guru "Smart", Guru Pemberdaya

 





"Pendidikan akan menghasilkan tiga guna yang luar biasa yang dinamakan Tri Rahayu: Hamemayu Hayuning Sarirom, Hamemayu Hayuning Bongso, dan Hamemayu Hayuning Buwono. Maknanya, memelihara diri, menjaga dan memelihara bangsa, menjaga dan memelihara alam semesta." (Ki Hadjar Dewantara)




Kutipan di atas merupakan sepenggal filosofi pendidikan dari Bapak Pendidikan Indonesia, Ki Hadjar Dewantara (KHD), yang saya ambil dari presentasi Dr. Fahruddin Faiz, S.Ag.,M.Ag. dalam acara NGUPING SATUGURU di kanal Youtube PANDI Indonesia. Sebuah kutipan yang sarat makna, sebagaimana filosofi beliau yang lainnya berkaitan dengan pendidikan.

Salah satu filosofi KHD yang tak kalah terkenalnya adalah analogi pendidik sebagai seorang petani yang merawat tanaman padinya secara optimal namun tak bisa mengubahnya menjadi tanaman jagung atau lainnya. Pendidik atau guru hanya dapat menuntun anak didiknya menjadi pribadi yang baik dan bermanfaat bagi orang lain, namun tidak bisa mengubah kodrat yang dimilikinya menjadi orang lain.

Salah satu peran guru adalah sebagai pemimpin pembelajaran yang mandiri, reflektif, kreatif, inovatif, dan kolaboratif. Jika guru memiliki kompetensi tersebut, sudah sepatutnya ia disebut guru yang smart, cerdas dalam mengolah daya pikirnya, menghasilkan sesuatu yang baru, unik, dan bermanfaat bagi orang lain terutama muridnya.

Guru yang cerdas selalu mencari ide-ide menarik dan unik yang dapat diterapkan dalam pembelajaran di kelasnya. Ia akan selalu haus pembaharuan bagi anak didiknya yang disesuaikan dengan kodrat alam dan kodrat zaman mereka. Contohnya, dalam era digitalisasi sekarang ini, guru dituntut untuk mempunyai kompetensi digital yang mumpuni, atau paling tidak, mengetahui teknologi digital yang dapat digunakan dalam pembelajaran. 

Di samping itu, guru yang smart akan selalu memperhatikan aset berharga yang berada di sekitarnya dan berusaha untuk memberdayakannya. Seperti halnya, aset yang dimiliki sekolah yaitu aset manusia, aset fisik, aset sosial, aset lingkungan, aset modal, aset politik, dan aset agama/ budaya. Ketujuh aset utama tersebut akan sangat berharga dan berfungsi dengan baik apabila sebagai guru, kita mampu memberdayakan dan mengembangkannya sebagai media pembelajaran yang berpihak pada murid.

Sebagai Calon Guru Penggerak (CGP), saya dan rekan-rekan guru yang lainnya telah mempelajari bagaimana menyusun program yang berpihak pada murid dengan menggunakan aset yang tersedia di sekitar sekolah. Program-program unggulan CGP dari grup kami sangat bagus dan beragam. Tentu saja, program kami harus diujicobakan terlebih dahulu. Ketika program berhasil kami jalankan, maka rasa senang, puas, terharu, dan bangga menghiasi perasaan kami.

Saya sendiri, telah memilih dan mencoba menyusun program yang saya namakan "Englishpreneur". Sebagai guru Bahasa Inggris di SMPN 2 Subang, saya telah menjalankan tugas sebagai pembimbing ekstrakurikuler English Club selama hampir 5 tahun. Berbagai upaya saya lakukan untuk meningkatkan minat siswa terhadap mata pelajaran yang satu ini. English Club hadir sebagai wadah kreativitas murid dalam belajar Bahasa Inggris yang lebih menarik dan menyenangkan. 

Englishpreneur adalah salah satu bagian dari program ekstrakurikuler English Club. Program ini bertujuan untuk meningkatkan kompetensi dan kreativitas murid dalam belajar Bahasa Inggris dengan mengenalkan dunia wirausaha yang sangat praktis dan tentunya menyenangkan. Melalui Englishpreneur, murid dapat menyalurkan bakat dan kreativitasnya dalam membuat desain yang berisi materi pelajaran yang telah dipelajarinya di kelas. 

Hasil akhir dari program ini berupa produk kaos dan cover buku tulis dengan desain materi pelajaran Bahasa Inggris yang dirancang oleh murid-murid anggota English Club. Desain dibuat memakai aplikasi Canva yang sudah sangat familiar bagi mereka. Murid sangat antusias mengikuti program ini. Hasil produk akan dipasarkan dengan memberdayakan aset koperasi siswa dan aset lingkungan berupa lapangan olah raga yang berlokasi di dekat sekolah. Tak lupa, momen Pekan Kreativitas Siswa (PKS) juga dimanfaatkan sebagai ajang pameran hasil karya siswa. Satu lagi, aset media sosial pun kami gunakan untuk memperluas networking pemasaran produk kami.

Dari tulisan saya di atas, saya berharap, akan banyak lahir guru penggerak di seluruh Indonesia, yang mampu dan mau untuk memberdayakan aset di lingkungan sekolahnnya. Dengan demikian, Indonesia akan mempunyai guru-guru yang cerdas dan berdaya, yang mampu melahirkan anak didik yang cerdas, kreatif, dan berdaya pula, sesuai dengan Profil Pelajar Pancasila yang diidamkan oleh bangsa ini. Sehingga, tujuan dari merdeka belajar itu sendiri akan tercapai yaitu belajar yang mengutamakan kebutuhan murid, belajar yang berpihak dan berdampak pada murid.






Sabtu, 05 Maret 2022

Peduli Lindungi, Peduli Sayangi

Tugas 3.1.a.9 Koneksi Antar Materi 
Modul 3.1 Pengambilan Keputusan Sebagai Pemimpin Pembelajaran


                                                               Sumber: Google.com

"Kebahagiaan bukanlah sesuatu yang siap dibuat. Itu datang dari tindakan Anda sendiri." 
(Dalay Lama XIV)


Materi modul 3.1

Setelah mempelajari modul ini, saya merasa mendapat bimbingan bagaimana mengambil keputusan yang benar sebagai seorang pemimpin pembelajaran. Pengenalan tentang bujukan moral dan dilema etika telah membuka mata saya terhadap masalah moral dan etika yang sering saya lihat dan pernah saya alami sendiri. 

Dalam modul ini, saya menemukan pengetahuan baru yang berhubungan dengan moral dan etika serta bagaimana cara menghadapi keduanya. Bujukan moral adalah situasi ketika seseorang harus membuat keputusan antara benar dan salah. Salah satu contohnya, ketika kita menerima tawaran hadiah dari orang tua murid dengan tujuan agar anaknya yang tidak pernah mengikuti pembelajaran dan tidak mengerjakan tugas, mendapatkan nilai yang cukup untuk naik kelas ke jenjang berikutnya. Tindakan ini tentu saja tidak bisa dibenarkan dan kita tidak boleh menerimanya.

Berbeda dengan bujukan moral, dilema etika muncul ketika seseorang harus memilih antara 2 pilihan di mana kedua pilihan tersebut benar secara moral namun bertentangan. Sebagai contoh, manakala kita menemukan kasus murid yang terlambat mengembalikan buku yang dipinjamnya dari perpustakaan. Sesuai aturan, murid tersebut harus membayar dendanya. Namun, hati nurani bicara ketika mengetahui bahwa murid tersebut tidak pernah mendapatkan uang saku dari orang tuanya yang sudah lama tidak bekerja. Tentu saja, dilema ini bukanlah kasus yang mudah untuk diputuskan solusinya. Perlu pemikiran yang matang agar tidak memberikan kerugian pada guru ataupun murid.

Untuk membantu kita mengambil keputusan, modul ini mengenalkan 4 paradigma/ kategori dilema etika yang sering terjadi di sekitar kita, yaitu:

  1. Individu lawan Masyarakat (Individual vs Community)
  2. Rasa keadilan lawan Rasa belas kasihan (Justice vs Mercy)
  3. Kebenaran lawan Kesetiaan (Truth vs Loyalty)
  4. Jangka pendek lawan Jangka panjang (Short term vs Long term)
Selanjutnya, kita mempelajari 3 prinsip berpikir dalam pengambilan keputusan. Ketiga prinsip tersebut adalah:
  1. Ends-Based Thinking (Berpikir berdasarkan hasil akhir)
  2. Rule-Based Thinking (Berpikir berdasarkan aturan)
  3. Care-Based Thinking (Berpikir berdasarkan rasa peduli)
Nah, dari ketiga prinsip berpikir di atas, manakah yang sering kita gunakan ketika memutuskan sebuah solusi?

Terakhir, modul ini mengajak kita berlatih mengambil keputusan dengan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan. Apa saja langkahnya? Berikut adalah jawabannya:
  1. Mengenali nilai-nilai yang saling bertentangan
  2. Menetukan siapa yang terlibat
  3. Mengumpulkan fakta-fakta yang relevan
  4. Menguji benar salah
    • Uji legal (apakah melanggar hukum?)
    • Uji regulasi (apakah melanggar aturan atau etika?)
    • Uji intuisi (perasaan/ intuisi pribadi terhadap kondisi yang terjadi)
    • Uji publikasi (apakah layak dipublikasikan? Apa dampak yang mungkin terjadi jika dipublikasikan?)
    • Uji Panutan/ idola (bayangkan panutan/ idola anda, apa yang dilakukannya ketika menghadapi kondisi tersebut?)                
      5. Menguji paradigma benar lawan benar
      6. Melakukan prinsip resolusi (3 prinsip berpikir)
      7. Investigasi opsi trilema (opsi alternatif)
      8. Buat keputusan
      9. Lihat lagi keputusan dan refleksikan

Kaitan materi dengan modul sebelumnya

Dalam pengambilan keputusan, hendaknya kita mengingat kembali tujuan pendidikan yang dinyatakan oleh Ki Hadjar Dewantara (KHD) yaitu menuntun murid dengan segala kodrat yang dimilikinya untuk memperoleh keselamatan dan kebahagiaan setinggi-tingginya dalam hidup sebagai pribadi dan anggota masyarakat. Berdasarkan pernyataan tersebut, adalah wajar jika kita mempertimbangkan keselamatan dan kebahagiaan murid terlebih dahulu sebelum mengambil keputusan.

Semboyan KHD yang terkenal, ing arso sung tulodo, ing madyo mangun karso, tut wuri handayani, juga dapat dijadikan rujukan dalam pengambilan keputusan sebagai pemimpin pembelajaran. Berpihak pada murid, akan selalu menyertai pemikiran kita. Jika kita ingin dihargai dan dimuliakan oleh murid, maka hargai dan muliakanlah mereka dulu.

Pada saat merencanakan pembelajaran, guru sebagai pemimpin pembelajaran harus mampu memutuskan desain pembelajaran yang memerhatikan semua kebutuhan muridnya yang beragam. Tak hanya berfokus pada murid yang cepat memahami ( fast learners) saja, akan tetapi juga pada mereka yang lambat memahami (slow learners). Dengan memutuskan penggunaan konten, proses, dan produk yang berbeda dalam sebuah pembelajaran, berarti guru telah membuat keputusan yang sangat tepat.

Pengambilan keputusan oleh seorang pemimpin pembelajaran harus dilakukan secara sadar (mindfulness), tidak dengan emosi ataupun tergesa-gesa. Seorang pengambil keputusan juga harus menguasai 5 Kompetensi Sosial dan Emosional (KSE) yaitu kesadaran diri, pengelolaan diri, kesadaran sosial, keterampilan berhubungan sosial, dan pengambilan keputusan yang bertanggung jawab.

Segitiga restitusi, sebagai sebuah alternatif pemecahan masalah yang terjadi di kelas atau di sekolah, merupakan wujud pengambilan keputusan oleh seorang guru. Teknik yang dilakukan tidak bersifat melemahkan murid. Justru sebaliknya, segitiga restitusi akan menguatkan keberadaan murid dalam komunitasnya karena merasa tidak disalahkan melainkan secara sadar mengakui kesalahannya. Murid akan diakui kembali oleh rekan-rekannya sebagai orang yang tidak bersalah. Dalam hal ini, prinsip berpikir berdasarkan rasa peduli (care-based thinking) harus selalu dikedepankan.

Alternatif lainnya adalah "coaching". Coaching merupakan salah satu cara pengambilan keputusan yang tidak menggurui dan memberikan solusi. Dengan komunikasi yang efektif dan positif, murid akan mampu menemukan solusinya sendiri dari masalah yang dihadapinya.

Sangat jelas rasanya, arah dari tulisan saya dengan judul di atas. Sebagai seorang pemimpin pembelajaran, kita harus mampu mengambil keputusan yang berpihak pada murid. Keputusan yang melindungi mereka dan membuktikan kasih sayang kita sebagai orang tua kedua di sekolah. Tentunya, kita akan membutuhkan kesabaran ekstra dalam melaksanakannya. 

Lindungi dan sayangi murid-murid kita seperti kita melindungi dan menyayangi anak sendiri. Kedua nilai kebaikan tersebut sudah menjadi ciri khas dari seorang guru. Sama halnya dengan apa yang diajarkan oleh panutan kita umat muslim, Rasulullah Muhammad SAW, yang selalu mencotohkan sifat-sifat baik bagi umatnya supaya selamat di dunia dan akhirat.

Subang, 5 Maret 2022
Salam Guru Penggerak!



Kamis, 09 Desember 2021

Senangnya Belajar dengan Kesepakatan Kelas

 


Gbr. Kesepakatan Kelas VIII H 
SMPN 2 Subang


    Dalam KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia), kesepakatan  mempunyai arti sebagai suatu hal yang disepakati. Sementara, kelas adalah ruang belajar atau tempat untuk menimba ilmu. Dengan demikian, kesepakatan kelas bermakna sebagai suatu hal yang disepakati bersama, baik guru dengan murid maupun murid dengan teman-temannya di  dalam lingnkungan kelas.
    Penyusunan Kesepakatan Kelas merupakan wujud dari penerapan budaya positif di sekolah, khususnya di kelas. Kesepakatan kelas dibuat sebagai pengingat bagi siswa dalam berperilaku di dalam kelas secara positif saat mengikuti pembelajaran. Dapat pula kita katakan kesepakatan kelas merupakan perjanjian yang disepakati bersama untuk menciptakan suasana yang kondusif dan menanamkan disiplin positif pada murid.
    Kesepakatan kelas biasanya disampaikan sebelum memulai sebuah kegiatan pembelajaran. Seperti halnya yang saya lakukan dengan murid-murid kelas VIII H pada saat pembelajaran materi "Greeting Cards". Tujuan pembelajaran yang diharapkan adalah siswa dapat membuat sebuah kartu ucapan (greeting card) dengan media yang sudah saya siapkan yaitu kertas scotlite berwarna, spidol, dan gunting. Di samping itu, ada pula siswa yang membuatnya menggunakan aplikasi "Canva". Dalam hal ini, saya juga mencoba menerapkan pembelajaran berdiferensiasi yaitu diferensiasi produk.
    Penyampaian kesepakatan kelas saya tempatkan setelah penyampaian tujuan pembelajaran. Teknisnya, saya meminta satu orang siswa membacakan satu butir kesepakatan. Dari pengamatan saya, siswa sangat senang dan antusias membacakan dan menerapkannya. Apalagi, setelah membaca poin yang terakhir yaitu "Belajar di kelas dengan suasana yang ceria", siswa membacakannya dengan senyum lebar, pertanda memang mereka menginginkan pembelajaran yang seperti itu, menarik dan menyenangkan.
    kesepakatan kelas disusun sesuai dengan hasil diskusi bersama murid untuk menciptakan suasana kelas yang diinginkan mereka. Dalam penyusunannya, tak harus sama antara satu kelas dengan kelas yang lainnya. Kembali pada hakekat semula, yang namanya kesepakatan berarti harus melibatkan suara semua murid dalam kelas tersebut. Jika murid tidak menyetujuinya, carilah kesepakatan yang lainnya. Apabila kita sendiri yang membuatnya, tawarkan terlebih dahulu pada murid apakah mereka mau menerimanya, menambahkannya, atau menguranginya.
    Dengan kesepakatan kelas, diharapkan proses pembelajaran akan berlangsung kondusif dan sesuai dengan alur kegiatannya untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Perilaku positif murid akan sangat terlihat dan terjaga selama berada di kelas mengikuti pembelajaran yang disajikan. Tentunya, hal ini tak luput dari kemampuan seorang guru dalam mengondisikan kelasnya. Mampukah ia menumbuhkan dan menjaga agar muridnya selalu bertindak positif dalam kelas yang diampunya. Ataukah kesepakatan kelas yang telah dibuatnya hanyalah sebuah pajangan belaka.



Subang, 10 Desember 2021
Salam Guru Penggerak!




    
    



Senin, 18 Oktober 2021

Berpihak Pada Murid, Solusi Memecahkan Masalah






Tugas 1.4.a.9. Koneksi Antar Materi-Budaya Positif
Oleh: Tuti Suryati, S.Pd
CGP Angkatan 3, Kabupaten Subang

Pada modul 1.1, kita mempelajari tentang filosofi konsep pemikiran Ki Hadjar Dewantara, yang merupakan dasar dari langkah CGP dalam memahami konsep pada modul selanjutnya dan menerapkannya dalam aksi nyata. Konsep pemikiran KHD mengenai betapa pentingnya kita memuliakan anak/ murid, akan sangat berkorelasi dan bersinergi dengan konsep-konsep di modul 1.2 hingga modul 1.4. Dalam hal ini, pemikiran KHD tentang pembelajaran yang berpihak pada murid akan selalu menjadi pengingat bagi CGP ketika hendak melaksanakan pembelajaran di kelas. 

Di modul 1.2, CGP dikenalkan kepada konsep Nilai dan Peran Guru Penggerak. Seperti yang sudah disebutkan sebelumnya, akan ada kaitan antara konsep modul 1.2 dengan konsep-konsep di modul 1.1. Konsep nilai dan peran guru penggerak tak lepas dari keberpihakan guru kepada murid, yang merupakan salah satu nilai guru penggerak. Dalam implementasinya, peran guru sebagai pemimpin pembelajaran harus selalu memikirkan cara menyajikan strategi pembelajaran yang menarik dan menyenangkan, karena inilah esensi dari makna berpihak/ berhamba pada murid (student-centered).

Ketika beranjak pada modul 1.3, pemahaman CGP semakin bertambah dengan disajikannya konsep Visi Guru Penggerak. Dalam modul ini, CGP diajak untuk memahami bagaimana menyusun sebuah visi pembelajaran yang hendak dicapai atau yang diidamkan. Di dalam penyusunannya, CGP dikenalkan pada pendekatan manajemen perubahan yang disebut Inkuiri Apresiatif (IA), sebuah pendekatan yang berbasis kekuatan. Dengan pendekatan IA, seorang CGP diharapkan dapat mengenal dan menjadikan berbagai kekuatan, baik dalam diri maupun luar diri sebagai faktor yang sangat mempengaruhi keberhasilan dalam mewujudkan visi yang diinginkan. Sekali lagi, konsep berpihak pada murid menjadi patokan utama dalam penyusunan sebuah visi. Pendekatan IA dilakukan dengan menggunakan tahapan BAGJA, yang berisi beberapa pertanyaan dan jawabannya sebagai solusi yang akan dilaksanakan.

Dalam modul 1.4, mengenai konsep Budaya Positif, CGP mempelajari tentang konsep disiplin positif, motivasi perilaku manusia, posisi kontrol, kebutuhan dasar manusia, keyakinan kelas, dan segitiga restitusi. Setelah mempelajari dan memahami modul ini, semakin jelas bahwa target utama kita adalah murid. Dengan teori win-win solution dalam sebuah restitusi, yang digunakan sebagai pedoman dalam memecahkan sebuah masalah yang dilakukan oleh murid, CGP diharapkan mampu mencari solusi yang membahagiakan kedua belah pihak, guru dan murid. Tentunya, kebahagiaan murid tetap menjadi yang utama. Hal ini sesuai dengan tujuan pendidikan yang diutarakan oleh KHD yaitu untuk menuntun segala kodrat anak dalam mencapai keselamatan dan kebahagiaan anak setinggi-tingginya..

Salam Guru Penggerak!
Selalu tergerak untuk bergerak dan menggerakkan..
#Indonesia tumbuh, Indonesia maju!


Selasa, 21 September 2021

Belajar Seperti Nonton Film



Di sela-sela kesibukan "nugas" modul LMS Program Guru Penggerak, tetiba tersirat ide menulis artikel ini. Isinya tak jauh dari dunia pembelajaran beserta trik-trik menarik yang semoga punya manfaat tak sedikit. Mengapa saya mengubungkan belajar dengan menonton film (di bioskop)? Penasaran? Let's check it out!

Sebagai seorang sufi (suka film), saya sering menonton film di bioskop. Saat masih kuliah, kegiatan ini sering saya lakukan bersama teman-teman kuliah di waktu senggang atau liburan. Setelah menikah pun, saya dan suami sering menyempatkan waktu pergi berdua menonton film kesukaan di bioskop sekitar kota Bandung. Kebetulan hobi kami sama, genre film favorit kami juga sama, action. Apalagi kalau poster film Die Hard, Mission Impossible, atau James Bond sudah beredar, kami tak akan melewatkannya.

Tentunya, di sini saya tidak akan membahas tentang film lebih jauh lagi. Yang akan saya coba gambarkan adalah proses pembelajaran yang diibaratkan dengan menonton film. How come? Ya, bisanya saya saja itu mah, hehe... Mari kita lihat rangkaian tahapannya.

Tahap pertama, melihat poster film. Sebuah poster yang keren akan mampu menarik perhatian penonton. Di tahap ini, ide saya pun muncul. Kenapa tidak membuat poster tentang materi yang akan dibahas layaknya poster film? Lalu saya mencoba membuatnya. Hasilnya seperti yang Anda lihat di atas. Untuk membuat poster, banyak aplikasi yang tersedia. Salah satunya Canva. Canva merupakan sebuah aplikasi membuat desain yang sangat mudah dilakukan. Banyak orang menyebutnya dengan aplikasi sejuta umat. Mungkin karena saking banyaknya pengguna aplikasi ini. 

Tahap kedua, setelah membeli tiket, penonton masuk ke ruang utama (teater) dan bersiap menyimak cerita filmnya. Dalam pembelajaran, penonton adalah siswa. Setelah siswa berada di dalam kelas, mereka siap menyimak materi yang diberikan oleh guru. Pada tahap ini, siswa masih belum fokus atau menyiapkan diri 100 persen pada pembelajaran yang akan diberikan. Sama halnya dengan penonton film yang masih sibuk mengobrol dengan teman atau pasangannya sambil menikmati camilan yang sudah dibeli sebelumnya.

Tahap ketiga, sebelum film dimulai, biasanya akan ditayangkan beberapa iklan produk tertentu. Tujuan dari penyajian iklan tersebut untuk mempengaruhi penonton agar tertarik atau tergoda membeli produk yang diiklankan. Apalagi jika iklannya sangat menarik, eye-catching, baru, dan tak seperti biasanya.  Gambaran iklan di layar bioskop dapat diibaratkan dengan tahap apersepsi. Apersepsi yang menarik akan sangat berpengaruh pada konsentrasi siswa dan kesiapan mereka dalam menerima materi. Apersepsi bisa berbentuk apa saja, seperti menebak gambar, teka-teki, bernyanyi, atau yang lainnya. Usahakan agar apersepsi bisa membuat siswa tertawa. Tentunya, keberhasilan apersepsi juga harus diimbangi dengan teknik yang tak kalah menariknya pada kegiatan inti pembelajaran.

Tahap keempat adalah tahap inti dari menonton film. Di momen ini, penonton akan menikmati sajian cerita yang bisa saja menarik atau sebaliknya. Jika film yang disajikan mempunyai cerita yang dapat menghipnotis semua penonton, tentu saja film tersebut bisa dikatakan berhasil merebut hati mereka. Ceritanya akan membuat penasaran sehingga penonton terus mengikuti alurnya hingga akhir. Tetapi, apabila filmnya terkesan biasa-biasa saja, akan membuat penonton bosan dan bukan tidak mungkin satu-persatu akan keluar dari ruangan teater. 

Pada tahap ini, kondisinya akan sama dengan sebuah pembelajaran di kelas. Seorang guru yang kreatif akan mampu mengemas strategi pembelajaran yang menarik, disukai dan diikuti oleh semua siswa. Tak ada rasa jenuh ataupun bosan ketika mereka berada di kelas. 2 jam pelajaran akan terasa singkat bahkan kurang. Siswa semakin ingin tahu, aktivitas apa lagi yang akan diberikan oleh gurunya. Sama halnya dengan menonton film, siswa sangat menikmati alur yang disajikan. Kegiatan yang dilakukan bisa berupa diskusi, presentasi, tanya jawab, dan sebagainya. Prinsipnya, harus student-centered, bukan teacher-centered.

Sebaliknya, jika pembelajaran kurang terencana dan disajikan apa adanya, maka dampaknya pun akan kurang bagus bagi siswa. Tak heran jika di dalam kelas ada siswa yang tertidur atau ada juga yang sengaja keluar kelas dengan alasan buang hajat ke toilet, lalu yang lain pun mengikuti dan tak kembali hingga kelas berakhir, menyedihkan bukan?

Setelah film selesai, para penonton keluar ruangan. Di luar, pastinya banyak dari mereka yang membincangkan cerita filmnya. Isinya bisa ungkapan kepuasan atau sebaliknya, kekecewaan. Kalimat yang keluar bisa seperti, "Filmnya rame banget, aku suka alur ceritanya.." Kemudian temannya menimpali, "Iya, betul. Pemerannya sangat menjiwai. Tadi aku sampe nangis lo.. Coba kalau si Jack tidak jadi mati." Dan masih banyak lagi isi percakapan membahas film yang sudah ditontonnya. Hal ini menunjukkan bahwa mereka sangat fokus menyimak dan menikmati ceritanya. Gambaran yang sama akan berlaku pada pembelajaran yang menarik dan menyenangkan. Ada cerita yang dibawa oleh siswa saat pembelajaran telah usai. Cerita tentang pengalaman belajar yang berkesan dan tak kan terlupakan sampai akhir hayatnya.

Berbeda halnya dengan ungkapan kekecewaan yang keluar dari penonton. Siswa juga sama, apabila pembelajarannya dianggap membosankan pasti akan berkata, "Apaan, bosen belajarnya gitu-gitu terus. Bikin ngantuk, jenuh, ga ngerti lagi." Apakah kita akan seperti itu? Jawabannya ada dalam benak Anda para pendidik hebat di negeri ini. Saya yakin, kita sebagai guru selalu ingin memberikan yang terbaik bagi siswa. Untuk itu, kita harus terus belajar mendesain pembelajaran yang menyenangkan. Apalagi sekarang zamannya merdeka belajar. Guru bebas berkreasi dan berinovasi dalam merancang sebuah pembelajaran yang menarik dan dapat diterima oleh siswa. Mari berproses dan mengekplorasi hal-hal baru untuk siswa. Buat mereka menjadi siswa yang berkarakter, berprofil Pancasila: Bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, Berakhlak mulia, Kreatif, Mandiri, Gotong Royong, Berkebinekaan Global, dan Bernalar Kritis.


Subang, 21 September 2021

Salam Guru Penggerak!
Semangat Bergerak dan Semangat Menggerakkan!


Sabtu, 17 Juli 2021

Pentigraf "Vaksin Cinta Kelabu"


Marsudi berkaca di depan cermin, meneliti wajah dan pakaian yang ia kenakan. Terlihat cukup tampan dengan kumis tipis menghiasi bibir atasnya. Baju yang ia kenakan pun tak kalah kerennya. T-shirt warna biru langit, celana jeans navy, dan bersepatu sneaker abu-abu kesukaannya. Untuk menambah percaya diri, ia menyemprotkan sedikit Axe Body Spray ke bajunya. Hari ini, ia siap bertemu kembali dengan dokter cantiknya yang 2 minggu lalu pernah ia jumpai di puskesmas. Sayang, wajah gantengnya harus tertutup masker, untuk menghindari serangan ganas korona.

Di ruang tengah, Mbah Supri sedang duduk santai di atas sofa tua, menyaksikan sebuah sinetron di salah satu saluran televisi swasta. Sesekali ia menyesap teh manis hangat buatan Marni, adik Marsudi. Sebagai pelengkapnya, Marni telah menyiapkan beberapa potong singkong rebus yang masih berasap, tanda belum lama diangkat dari panci pengukusnya. Kedua cucu Mbah Supri itu sudah 8 tahun menemani hidup senjanya setelah orang tua mereka meninggal karena kecelakaan. Seorang pengendara motor yang mabuk berat mengendarai motornya dengan kecepatan tinggi, lalu oleng dan menabrak motor yang ditumpangi ayah dan ibu mereka dari belakang. Korban tak bisa tertolong dan meninggal di tempat. Saat itu, Marsudi berusia 12 tahun dan Marni 2 tahun lebih muda darinya. Setelahnya, mereka tinggal dan diasuh Mbah Supri, neneknya. Ketika Marsudi lewat di depannya, Mbah Supri menganga, merasa heran dengan penampilan cucunya yang sudah sangat rapih dan tak seperti biasanya. Marsudi cuma tersenyum manis penuh arti lalu mencium tangan Mbah Supri dan berpamitan padanya. "Mbah, Mar pamit dulu ya, mau bertemu orang spesial dulu!" Mbah Supri tak sempat bertanya lebih lanjut tentang orang spesial yang dimaksud Marsudi. Pemuda itu sudah bergegas pergi ke luar rumah. Mbah Supri masih bisa mencium harum parfumnya yang tertinggal di ruangan itu.

Bergetar hati Marsudi saat tiba di puskesmas. Antrian ke-5 penyuntikan vaksin tak menyurutkan maksudnya, walaupun ia harus menunggu 4 orang lagi. Marsudi telat datang ke puskesmas karena motornya mengalami kempes ban di tengah perjalanan. Dengan setia ia menunggu gilirannya, demi keinginannya bertemu dengan dokter yang telah berhasil menumbuhkan benih cinta di hatinya. Ketika petugas puskesmas memanggil namanya, detak jantungnya semakin kencang. Begitupun saat berdiri di depan sang dokter. Dokter muda dan cantik, berkulit putih dengan mata bening dan alis tebal, kelihatan cantik walau wajahnya tertutup masker. Blazer putih khas seorang dokter melengkapi penampilannya. Sesaat, sang dokter menatap Marsudi. Marsudi semakin salah tingkah dibuatnya. Tak lama kemudian, seorang perawat mendekati sang dokter lalu menunjukkan sebuah buku catatan vaksinasi. Agak canggung, sang dokter kemudian berkata pada Marsudi, "Emm..maaf ya Pak, Pak Marsudi bukannya sudah divaksin 2 minggu yang lalu?" Belum sempat Marsudi menjawab, tiba-tiba seorang pria muda bermasker datang menghampiri dokter cantik itu, ditemani oleh anak perempuan mungil memakai masker Hello Kitty yang lucu. Gadis kecil itu tampak riang. Marsudi terdiam lesu dan merasa separuh jiwanya mati rasa tatkala anak kecil itu memanggil sang dokter dengan sebutan "Mama"...

Rabu, 30 Juni 2021

Pentigraf "Misteri di Sumber Asih"


Dengan jaket tebal membalut tubuh, aku berangkat ke dokter Bram bersama suami. Demam yang tak berkesudahan semakin membuatku khawatir, apalagi di era korona seperti sekarang ini. Sore itu, klinik "Sumber Asih" milik dokter Bram masih buka. Saat masuk ke ruang tunggu, aku lihat 6 orang pasien wanita sedang  duduk menunggu antrian. Tak lama, 2 orang dari mereka menyuruh kami masuk ke ruang periksa. Mungkin mereka sedang menunggu obat dari petugas yang biasa melayani, tepat di depan ruang tunggu. Kami pun beranjak melewati lorong gelap sebelum sampai ke ruang praktek dokter.

Seperempat jam kemudian, proses berobat pun selesai. Saat kami sampai ke ruang tunggu, kami lihat tak ada seorang pun pasien di sana. Wah, cepat sekali antri obatnya, biasanya tak seperti ini.  

Tak mau pusing lebih lama, saya lalu menyerahkan resep kepada petugas obat sambil bertanya, "Bu, pasien yang 6 orang tadi sudah pulang semua?" Saya lihat wajah petugas itu mengerut, terkejut, tapi kemudian tersenyum aneh. Dengan tenang ia mengatakan bahwa di ruang tunggu tidak ada pasien satupun selain saya dan suami. Alamak..terus yang tadi mempersilakan kami masuk itu siapa? Antara percaya dan tidak, saya dan suami masih memikirkan kejadian tadi. Sembari menunggu obat, suami saya keluar dari klinik, tak kuat ingin menyalakan Magnum filter favoritnya. Sayup terdengar suara azan magrib berkumandang, mengiringi hawa dingin yang tiba-tiba melesak ke dalam tubuh. Saat saya sendiri di ruang tunggu, sekilas saya melihat dokter Bram sedang bermain golf di taman rumah yang sengaja dibuat lapang golf mini di samping kliniknya. Namun, aku semakin nanap saat sadar apa yang kulihat kemudian, dokter Bram tidak memukul bola golf, melainkan sebutir  kelapa yang bermata dua... 


Guru "Smart", Guru Pemberdaya

  "Pendidikan akan menghasilkan tiga guna yang luar biasa yang dinamakan Tri Rahayu : Hamemayu Hayuning Sarirom, Hamemayu Hayuning Bong...