Sabtu, 05 Maret 2022

Peduli Lindungi, Peduli Sayangi

Tugas 3.1.a.9 Koneksi Antar Materi 
Modul 3.1 Pengambilan Keputusan Sebagai Pemimpin Pembelajaran


                                                               Sumber: Google.com

"Kebahagiaan bukanlah sesuatu yang siap dibuat. Itu datang dari tindakan Anda sendiri." 
(Dalay Lama XIV)


Materi modul 3.1

Setelah mempelajari modul ini, saya merasa mendapat bimbingan bagaimana mengambil keputusan yang benar sebagai seorang pemimpin pembelajaran. Pengenalan tentang bujukan moral dan dilema etika telah membuka mata saya terhadap masalah moral dan etika yang sering saya lihat dan pernah saya alami sendiri. 

Dalam modul ini, saya menemukan pengetahuan baru yang berhubungan dengan moral dan etika serta bagaimana cara menghadapi keduanya. Bujukan moral adalah situasi ketika seseorang harus membuat keputusan antara benar dan salah. Salah satu contohnya, ketika kita menerima tawaran hadiah dari orang tua murid dengan tujuan agar anaknya yang tidak pernah mengikuti pembelajaran dan tidak mengerjakan tugas, mendapatkan nilai yang cukup untuk naik kelas ke jenjang berikutnya. Tindakan ini tentu saja tidak bisa dibenarkan dan kita tidak boleh menerimanya.

Berbeda dengan bujukan moral, dilema etika muncul ketika seseorang harus memilih antara 2 pilihan di mana kedua pilihan tersebut benar secara moral namun bertentangan. Sebagai contoh, manakala kita menemukan kasus murid yang terlambat mengembalikan buku yang dipinjamnya dari perpustakaan. Sesuai aturan, murid tersebut harus membayar dendanya. Namun, hati nurani bicara ketika mengetahui bahwa murid tersebut tidak pernah mendapatkan uang saku dari orang tuanya yang sudah lama tidak bekerja. Tentu saja, dilema ini bukanlah kasus yang mudah untuk diputuskan solusinya. Perlu pemikiran yang matang agar tidak memberikan kerugian pada guru ataupun murid.

Untuk membantu kita mengambil keputusan, modul ini mengenalkan 4 paradigma/ kategori dilema etika yang sering terjadi di sekitar kita, yaitu:

  1. Individu lawan Masyarakat (Individual vs Community)
  2. Rasa keadilan lawan Rasa belas kasihan (Justice vs Mercy)
  3. Kebenaran lawan Kesetiaan (Truth vs Loyalty)
  4. Jangka pendek lawan Jangka panjang (Short term vs Long term)
Selanjutnya, kita mempelajari 3 prinsip berpikir dalam pengambilan keputusan. Ketiga prinsip tersebut adalah:
  1. Ends-Based Thinking (Berpikir berdasarkan hasil akhir)
  2. Rule-Based Thinking (Berpikir berdasarkan aturan)
  3. Care-Based Thinking (Berpikir berdasarkan rasa peduli)
Nah, dari ketiga prinsip berpikir di atas, manakah yang sering kita gunakan ketika memutuskan sebuah solusi?

Terakhir, modul ini mengajak kita berlatih mengambil keputusan dengan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan. Apa saja langkahnya? Berikut adalah jawabannya:
  1. Mengenali nilai-nilai yang saling bertentangan
  2. Menetukan siapa yang terlibat
  3. Mengumpulkan fakta-fakta yang relevan
  4. Menguji benar salah
    • Uji legal (apakah melanggar hukum?)
    • Uji regulasi (apakah melanggar aturan atau etika?)
    • Uji intuisi (perasaan/ intuisi pribadi terhadap kondisi yang terjadi)
    • Uji publikasi (apakah layak dipublikasikan? Apa dampak yang mungkin terjadi jika dipublikasikan?)
    • Uji Panutan/ idola (bayangkan panutan/ idola anda, apa yang dilakukannya ketika menghadapi kondisi tersebut?)                
      5. Menguji paradigma benar lawan benar
      6. Melakukan prinsip resolusi (3 prinsip berpikir)
      7. Investigasi opsi trilema (opsi alternatif)
      8. Buat keputusan
      9. Lihat lagi keputusan dan refleksikan

Kaitan materi dengan modul sebelumnya

Dalam pengambilan keputusan, hendaknya kita mengingat kembali tujuan pendidikan yang dinyatakan oleh Ki Hadjar Dewantara (KHD) yaitu menuntun murid dengan segala kodrat yang dimilikinya untuk memperoleh keselamatan dan kebahagiaan setinggi-tingginya dalam hidup sebagai pribadi dan anggota masyarakat. Berdasarkan pernyataan tersebut, adalah wajar jika kita mempertimbangkan keselamatan dan kebahagiaan murid terlebih dahulu sebelum mengambil keputusan.

Semboyan KHD yang terkenal, ing arso sung tulodo, ing madyo mangun karso, tut wuri handayani, juga dapat dijadikan rujukan dalam pengambilan keputusan sebagai pemimpin pembelajaran. Berpihak pada murid, akan selalu menyertai pemikiran kita. Jika kita ingin dihargai dan dimuliakan oleh murid, maka hargai dan muliakanlah mereka dulu.

Pada saat merencanakan pembelajaran, guru sebagai pemimpin pembelajaran harus mampu memutuskan desain pembelajaran yang memerhatikan semua kebutuhan muridnya yang beragam. Tak hanya berfokus pada murid yang cepat memahami ( fast learners) saja, akan tetapi juga pada mereka yang lambat memahami (slow learners). Dengan memutuskan penggunaan konten, proses, dan produk yang berbeda dalam sebuah pembelajaran, berarti guru telah membuat keputusan yang sangat tepat.

Pengambilan keputusan oleh seorang pemimpin pembelajaran harus dilakukan secara sadar (mindfulness), tidak dengan emosi ataupun tergesa-gesa. Seorang pengambil keputusan juga harus menguasai 5 Kompetensi Sosial dan Emosional (KSE) yaitu kesadaran diri, pengelolaan diri, kesadaran sosial, keterampilan berhubungan sosial, dan pengambilan keputusan yang bertanggung jawab.

Segitiga restitusi, sebagai sebuah alternatif pemecahan masalah yang terjadi di kelas atau di sekolah, merupakan wujud pengambilan keputusan oleh seorang guru. Teknik yang dilakukan tidak bersifat melemahkan murid. Justru sebaliknya, segitiga restitusi akan menguatkan keberadaan murid dalam komunitasnya karena merasa tidak disalahkan melainkan secara sadar mengakui kesalahannya. Murid akan diakui kembali oleh rekan-rekannya sebagai orang yang tidak bersalah. Dalam hal ini, prinsip berpikir berdasarkan rasa peduli (care-based thinking) harus selalu dikedepankan.

Alternatif lainnya adalah "coaching". Coaching merupakan salah satu cara pengambilan keputusan yang tidak menggurui dan memberikan solusi. Dengan komunikasi yang efektif dan positif, murid akan mampu menemukan solusinya sendiri dari masalah yang dihadapinya.

Sangat jelas rasanya, arah dari tulisan saya dengan judul di atas. Sebagai seorang pemimpin pembelajaran, kita harus mampu mengambil keputusan yang berpihak pada murid. Keputusan yang melindungi mereka dan membuktikan kasih sayang kita sebagai orang tua kedua di sekolah. Tentunya, kita akan membutuhkan kesabaran ekstra dalam melaksanakannya. 

Lindungi dan sayangi murid-murid kita seperti kita melindungi dan menyayangi anak sendiri. Kedua nilai kebaikan tersebut sudah menjadi ciri khas dari seorang guru. Sama halnya dengan apa yang diajarkan oleh panutan kita umat muslim, Rasulullah Muhammad SAW, yang selalu mencotohkan sifat-sifat baik bagi umatnya supaya selamat di dunia dan akhirat.

Subang, 5 Maret 2022
Salam Guru Penggerak!



3 komentar:

Guru "Smart", Guru Pemberdaya

  "Pendidikan akan menghasilkan tiga guna yang luar biasa yang dinamakan Tri Rahayu : Hamemayu Hayuning Sarirom, Hamemayu Hayuning Bong...