Senin, 14 Juni 2021

Mengembangkan Tulisan Non-Fiksi

 











Bismillaahirrahmaanirrahiim...

Alhamdulillah, rasa syukur yang tak kan pernah berhenti selalu saya panjatkan kehadirat Allah SWT. Berbagai kenikmatan telah dan akan selalu saya rasakan setiap harinya, terutama nikmat sehat dan bahagia. Benarlah apa kata Ali Bin Abi Thalib, yang dikutip oleh suami saya dalam pesan pribadinya ketika saya sakit tipes 3 minggu lamanya, bahwa jika kita sabar menjalani ujian sakit, maka kelak akan mendapatkan kejutan dari Allah yang akan membuatmu terpana hingga kau lupa akan rasa sakitnya.

Pagi ini, ditemani rintik hujan yang masih malu-malu, saya kembali menulis resume materi yang tertinggal. Materi tersebut bertema "Cara Mengembangkan Tulisan Non-Fiksi". Sebagai moderator acaranya, tampil Bu Sri Sugiastuti yang sudah tak asing lagi dengan panggilan akrabnya yaitu Bu Kanjeng. Sedangkan narasumber pertemuan ke-25 ini adalah Pak Much. Khoiri, atau lebih beken dengan panggilan Pak Emcho. 

Tepat pukul 19.07, Bu Kanjeng membuka acara dengan menyalami peserta terlebih dahulu dan mengajak peserta untuk berdoa agar kegiatan ini bermanfaat bagi kami semua. Beberapa saat kemudian, Bu kanjeng mempersilakan narasumber untuk tampil memperkenalkan diri.

Tak lama kemudian, Pak Emcho pun menyalami peserta. Kemudian, beliau memperlihatkan biodatanya dalam sebuah tautan. Dalam biodatanya disebutkan bahwa Pak Emcho lahir di Desa Bacem tahun 1965. Beliau adalah seorang dosen dan penulis buku FBS Universitas Negeri Surabaya (UNESA). Beliau juga seorang trainer motivasi dan literasi, editor, dan tentunya penggerak literasi. Pak Emcho adalah alumnus International Writing Program di University of Iowa (1993) dan Summer Institute in American Studies di Chinese University of Hongkong (1996). 

Pak Emcho masuk dalam buku 50 Tokoh Inspiratif Alumni Unesa (2014). Pernah menjadi redaktur pelaksana jurnal kebudayaan Kalimas dan Jurnal Sastra dan Seni. Dalam prestasi menulis, keahliannya dalam menulis sudah tak diragukan lagi. Ada sekitar 66 judul buku yang sudah ditulisnya, tentang budaya, sastra, dan menulis kreatif, baik mandiri maupun antologi. Untuk lengkapnya, bisa anda simak dalam link berikut ini:







Dalam pernyataannya, Pak Emcho menyebutkan bahwa sejatinya, beliau mulai menulis sejak tahun 1986. Saat itu, beliau masih kuliah S1 di Unesa jurusan Pendidikan Bahasa Inggris. Walaupun pengalaman menulisnya belum banyak, beliau menargetkan untuk menembus media massa. Setiap bulannya, beliau menulis artikel non-fiksi sekitar 20 tulisan. Dengan menggunakan mesin tik jadul, beliau menulis artikel hingga merambah tahun-tahun berikutnya. Setelah menembus beberapa surat kabar, lalu beliau menulis fiksi berupa cerpen dan essai kreatif. Pada tahun 1993, beliau memenangkan seleksi untuk belajar menulis kreatif di University of Iowa.

Dari pengalaman belajarnya, baik di University of Iowa maupun Chinese University of Hongkong, tak jauh dari proses kreatif, yakni menulis fiksi dan non-fiksi. Hingga pada tahun 2011, beliau menulis buku kumpulan cerpen. Pada tahun 2021, jumlah buku yang sudah ditulisnya berjumlah 66 buku. Buku ke-66 berjudul "Kitab Kehidupan". Wow, amazing!!

Sebagai pendukung materi tentang cara mengembangkan tulisan non-fiksi, Pak Emcho menyertakan sebuah video youtube sebagai berikut:




Beikut ini adalah beberapa karya buku Pak Emcho:

















Tibalah kita pada sesi tanya jawab. Pertanyaan pertama mengenai teori/ konsep literasi yang digunakan untuk menganalisa materi bacaan. Menurut Pak Emho, materi bacaan biasanya berupa data. Konsep literasi yang bisa digunakan bergantung pada data yang berisi ideologi, struktur, dan lainnya. Banyak teori atau konsep yang dapat dilihat, yang kita sebut juga sebagai Content Analysis. 

Jika materi bacaan mengandung pertentangan ideologi, atau bisa juga cerita tentang hubungan masyarakat bawah dan atas. Yang demikian bisa dilihat dengan teori kritis. Dalam konsep literasi, hal itu bergantung pada perspektif kita melihat materi atau data yang ada. Ada istilah eklektik atau keilmuan yang saling pinjam, yang menghasilkan interdisipliner.

Menjawab pertanyaan mengenai langkah-langkah mengembangkan tulisan non-fiksi, Pak Emcho lalu memberikan tulisan dalam tautan seperti di bawah ini:
















Pertanyaan berikutnya tentang kecenderungan menulis fiksi dan non-fiksi. Apakah akan mempengaruhi gaya hidup seseorang. Ada pernyataan bahwa penulis fiksi bisa menulis non-fiksi. Akan tetapi, penulis non-fiksi tidak bisa menulis fiksi. Benarkah demikian? Untuk pertanyaan ini, Pak Emcho menjawab bahwa pernyataan itu bisa benar bisa juga salah. Fiksi dan non-fiksi merupakan penguasaan genre yang berbeda. Akan tetapi, ada orang yang menguasai keduanya. Ketika seseorang menguasai fiksi dan non-fiksi, dia akan hadir kefiksiannya ketika menulis fiksi. Juga ketika menulis non-fiksi, maka akan hadir kenon-fiksiannya. Untuk itu, sebaiknya kita mempelajari kedua genre tersebut.

Demikianlah isi resume pelatihan menulis pertemuan ke-25 ini. Semoga apa yang diberikan oleh narasumber akan memberi manfaat yang sangat besar bagi perjalanan menulis kami semua. Sehat selalu dan semakin sukses untuk Pak Emcho, terima kasih atas ilmu yang luar biasa ini. Jazakallohu khoir...


Tanggal Kegiatan: 11 Juni 2021
Resume ke: 25
Tema: Cara Mengembangkan Tulisan Non-Fiksi
Narasumber: Much. Khoiri
Gelombang: 18


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Guru "Smart", Guru Pemberdaya

  "Pendidikan akan menghasilkan tiga guna yang luar biasa yang dinamakan Tri Rahayu : Hamemayu Hayuning Sarirom, Hamemayu Hayuning Bong...