Jumat, 18 Juni 2021

Menulislah, Walau di Kala Sakit

 









Bismillaahirrahmaanirrahiim... 

Seiring dengan berkumandangnya azan isya, kembali kami bercengkerama dengan kegiatan belajar menulis asuhan Omjay dkk. Meskipun sudah sampai pada pertemuan ke-28, semangat kami untuk terus belajar menulis masih membara. Apalagi mendekati pertemuan terakhir hari Senin nanti. 

Pada pertemuan kali ini, yang bertugas sebagai moderator adalah ibu guru muda nan cantik sarat prestasi, Bu Ditta Widya Utami. Sementara, narasumber yang akan menyampaikan materi bertema "Menulis di kala Sakit" adalah Pak Suharto, S. Ag, M. Pd atau lebih akrab dipanggil Cang Ato. 

Malam ini, Cang Ato akan berbagi kisah dan pengalamannya menulis di kala sakit. Omjay sebagai sahabat karib beliau sangat mengetahui kondisi dan sakit yang dideritanya. Cang Ato akan memberi kami motivasi, inspirasi, dan pencerahan menulis dalam keterbatasan. 

Tepat pukul 19.03, Bu Ditta membuka kegiatan dengan memberi salam dan mengajak peserta berdoa terlebih dahulu. Seperti biasa,  pengenalan narasumber menjadi kegiatan awal kami. Di dalam CV narasumber disebutkan, Cang Ato atau Pak Suharto, S. Pd, M. Pd lahir di Jakarta. Beliau adalah orang Betawi asli. 

Pendidikan terakhir yang ditempuh Cang Ato adalah S1 di IAIN Jakarta dan S2 UNISMA Bekasi. Sekarang ini, beliau bertugas di MTsN 5 Jakarta dan Kementerian Agama DKI Jakarta. Karya tulis yang sudah beliau hasilkan berupa 5 buku tunggal dan 2 buku antologi. 

Tak berapa lama, Cang Ato pun mulai berbicara lewat voice note.  Ucapan terima kasih beliau tujukan pada Omjay yang telah memberi kesempatan menjadi narasumber kali ini. Begitu juga pada moderator yang memandu pelatihan ini. Semoga semuanya sehat selalu, aamiin... 

Cang Ato sengaja menyampaikan materi lewat audio atau voice note dan tulisan. Suara yang diperdengarkan menggambarkan kondisi beliau saat ini. Selama 3 tahun beliau sakit, 3 bulan suaranya pernah hilang, dan sisanya seperti yang kami dengar malam ini, tak begitu jelas seperti suara kami, subhanalloh... 

Selanjutnya, Cang Ato bercerita tentang awal mula menulis. Dari hasratnya yang besar terhadap menulis, Cang Ato berusaha untuk bisa menulis dengan membeli buku-buku tentang menulis, mengikuti acara jurnalis, dan bahkan pernah diundang untuk menulis. Namun, hasil tulisannya dianggap masih kaku, karena terkesan hanya memindahkan dari buku cetak saja. 

Tapi Cang Ato tidak putus asa. Ketika literasi sedang digalakkan di lingkungan sekolah, beliau mencoba masuk dan mendalaminya. Dari keikutsertaannya dalam program literasi, Cang Ato menjadi tertarik untuk menulis. Beliau lalu mencari wadah pelatihan menulis, yang kebetulan ketemu di facebook, yaitu pelatihan menulis di wisma UNJ, di mana beliau bertemu dengan Pak Naimin, Omjay, Pak Dedi, dll, untuk pertama kalinya. 

Dari pertemuan itu pula, Cang Ato menjadi tahu cara menulis. Serta mengenal kalimat sakti Omjay yaitu, "tulislah apa yang ada di sekitarmu. Tulis yang sederhana dulu. Tulislah yang kamu kuasai. Serta tulislah apa yang kamu alami dan rasakan." Satu lagi, "menulislah tiap hari dan buktikan apa yang terjadi."

Kemudian, Cang Ato bergabung dengan Media Guru dan berhasil membuat buku berjudul "Menunggu Azan", buku cerita tentang perjalanan menuntut ilmu. 

Karya tulisan yang beliau hasilkan tentunya sangat membuatnya bahagia. Ada kebanggaan tersendiri ketika buku pertamanya terbit dan dibaca orang lain. Tak sedikit dari teman-teman beliau yang akhirnya ingin memiliki bukunya. 

Namun, kebahagiaannya tersebut terenggut. Ujian hidup datang berupa sakit lumpuh total, seluruh anggota tubuh beliau tak dapat digerakkan. Bahkan untuk bernafas pun tak bisa. Yang tersisa hanyalah mata, telinga, dan memorinya. 

Kehidupan beliau lalu berpindah ke rumah sakit. Selama 1.5 bulan berada di ruang ICU, 3 bulan di ruang HCU,  dan 2 minggu di ruang inap biasa. 

Saat pulang, badannya masih lumpuh. Kondisi ini berlangsung hingga 1 tahun lamanya. Setelah itu, tangan beliau bisa digerakkan, namun jari masih kaku. Selama 1.5 tahun beliau berbaring dan tak bisa menikmati dunia luar. Dengan bantuan istri, beliau akhirnya bisa menulis di hape menggunakan jari tengahnya. 

Dari sakitnya, beliau mengambil hikmahnya. Dengan bersabar, pasti ada sesuatu yang Tuhan maksud. Syukuri saja apa yang terjadi. 

Langkah selanjutnya, beliau menulis di facebook tentang kondisinya. Kemudian, tulisannya berganti tentang motivasi hidup yang dapat memberi manfaat bagi pembacanya. 

Respon positif dari rekan-rekannya banyak berdatangan. Hal itu membuat Cang Ato semakin termotivasi untuk menulis. Tak bisa tidur sebelum ketemu ide menulis. Beliau biasa menulis setelah salat subuh hingga jam 7 pagi. 

Awalnya, Cang Ato menulis sambil rebahan di kasur. Lalu, setelah beliau dapat duduk di kursi roda, beliau pun menulis di sana. Beliau menulis di mana saja. Bisa di atas kasur, di luar rumah sambil berjemur, atau di tempat lainnya. Suasana lalu lintas pun bisa menjadi inspirasi menulisnya saat sedang di perjalanan. Bahkan sedang terapi sekalipun. Luar biasa sekali semangatnya Cang Ato, 10 jempol buat Anda... 

Kalimat sakti dari Omjay, menulislah tiap hari dan buktikan apa yang terjadi, telah memotivasi Cang Ato hingga beliau ingin mengajak teman-teman untuk keluar dari zona nyaman. 

Berkat perjuangannya, Cang Ato akhirnya berhasil mengajak teman dan siswanya menulis, bahkan sudah menghasilkan buku, baik rejan guru maupun siswanya. Padahal, sebelumnya banyak yang meragukan kemampuannya. 

Setelah itu lahirlah beberapa buku hasil karyanya, yang tak terbayangkan sebelumnya. Sebuah kemustahilan yang menjadi nyata. Semua itu terjadi atas izin Allah dan usaha untuk selalu belajar dan belajar. Kelelahan sudahlah pasti dirasakan oleh Cang Ato, apalagi dalam keterbatasan kondisinya. Membaca buku selau dilakukannya untuk memperkaya tulisan beliau. Hal itu tak lepas dari bantuan istri, anak, dan asisten rumah tangganya.

Dalam tahapan menulis, Cang Ato awalnya menulis di blog dan facebook, lalu dipindahkan ke laptop. Cang Ato mengelompokkannya sesuai tema yang diinginkan. Kemudian beliau mengedit tulisan hingga menjadi sebuah buku. Untuk memepertajam tulisan, beliau berguru pada Pak Akbar Zaenudin yang sudah tak asing lagi di mata para penulis handal.

Karya menulis yang sudah diraih Cang Ato bisa kita lihat di bawah ini:











Jika kita yakin akan kasih sayang Allah yang tak terhingga, sesuai dengan namanya dalam Asmaul Husna, Arrahmaan dan Arrahiim, maka kedua sifat itu akan terasa tatkala kita mendapatkan banyak kejutan bahagia yang tak disangka-sangka. Demikian pula dengan yang dialami Cang Ato. eliau mendapat banyak sanjungan dari teman gurunya yang menjuluki beliau dengan sebutan "Bapak Guru Inspiratif". Sanjunag dari para youtuber juga didapatkannya. Mereka mendatangi rumah beliau dan memberi julukan pada beliau sebagai guru motivator yang inspiratif.















Berikut adalah video Cang Ato dalam channel youtube beliau:







Pengalaman Cang Ato berikutnya adalah menjadi narasumber. Tawaran pertama datang dari sahabatnya untuk mengisi acara motivasi di grup guru. Tapi tawaran itu ditolaknya dengan alasan beliau masih terbatas dalam bicara. Permintaan kedua dari Omjay. Cang Ato diminta menjadi narasumber untuk kegiatan pelatihan menulis gelombang 17. Tak disangka oleh beliau, Omjay memanggilnya kembali untuk menjadi narasumber di gelombang 18 ini. 

Dalam sesi tanya jawab, ada satu pertanyaan yang saya anggap utama tentang apa yang membuat Cang Ato memutuskan untuk menulis di saat sakit. Sebagai jawabannya, Cang Ato memberikan nasehatnya terlebih dahulu, "jangan takut untuk menulis. Jangan suka membandingkan tulisan kita dengan tulisan orang lain. Kita adalah kita, yang akan menemukan genre kita sendiri. 

Alasan beliau menulis di kala sakit ada 4:
  1. Tertarik dengan Buya Hamka yang sangat religius dan pintar menulis
  2. Sebagai motivator yang bisa dibanggakan di depan teman dan murid
  3. Ingin mewariskan kepada anak cucu, murid, dan orang banyak
  4. Untuk kepentingan naik pangkat
Sungguh malam ini kami sangat tergugah dan terinspirasi oleh pengalaman dan perjalanan Cang Ato dalam menulis selama sakit. Betapa besar semangat yang beliau miliki. Walau dalam kondisi sakit yang saya anggap berat, beliau masih bisa menulis dan menghasilkan karya buku yang banyak. Bagaimana dengan kami yang sehat tapi masih sedikit menghasilkan karya? Tentunya, semangat beliau harus saya tiru. Sakit bukanlah halangan untuk terus menulis. Kesabaran akan membuahkan hasil yang tak disangka-sangka sebelumnya. Semoga kami dapat meniru semangat Cang Ato. Sehat selalu Cang, bahagia bersama keluarga, di dunia dan akherat, aamiin...


Salam guru blogger Indonesia...


Tanggal Kegiatan: 18 Juni 2021
Resume ke: 28
Tema: Menulis di Kala Sakit
Narasumber: Suharto, S.Pd, M.Pd
Gelombang: 18




 



8 komentar:

  1. Wow luar biasa materi malam ini, menulis di kala sakit. Semoga kita bisa belajar dari pak Suharto yang fokus menulis di saat sakit. Menulis itu menyembuhkan.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Betul Omjay, saya jadi malu pada diri sendiri yang pernah sakit tapi tak separah beliau, sering mengeluh tak bisa menulis...Menulis itu menyembuhkan, setuju saya. Dengan menulis, kita bisa mengungkapkan apa yang kita rasakan dan dibaca orang lain, lalu dikomentari, dimotivasi, sembuh deh...

      Hapus
  2. Narsum kita kali ini memang keren ya!
    Resume ini juga keren. Kalimat per paragrafnya tidak panjang-panjang sehingga nyaman dibaca.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Benar sekali Neng Ditta, Cang Ato memang seorang pejuang literasi yang sangat luar biasa. Salut saya dengan perjuangannya hingga berhasil membuat karya tulisan yaitu buku yang banyak. Terima kasih juga atas apresiasinya.

      Hapus
  3. Balasan
    1. Alhamdulillah, terima kasih kembali Bu atas kunjungan dan apresiasinya..

      Hapus
  4. Subhanallah...luar biasa sangat memotivasi👍🏻

    BalasHapus
    Balasan
    1. Betul Bu Endah, Cang Ato sangat memotivasi kita untuk selalu menulis walau bagaimanapun kondisinya. Ayo berjuang Bu...

      Hapus

Guru "Smart", Guru Pemberdaya

  "Pendidikan akan menghasilkan tiga guna yang luar biasa yang dinamakan Tri Rahayu : Hamemayu Hayuning Sarirom, Hamemayu Hayuning Bong...