"Pendidikan akan menghasilkan tiga guna yang luar biasa yang dinamakan Tri Rahayu: Hamemayu Hayuning Sarirom, Hamemayu Hayuning Bongso, dan Hamemayu Hayuning Buwono. Maknanya, memelihara diri, menjaga dan memelihara bangsa, menjaga dan memelihara alam semesta." (Ki Hadjar Dewantara)
Kutipan di atas merupakan sepenggal filosofi pendidikan dari Bapak Pendidikan Indonesia, Ki Hadjar Dewantara (KHD), yang saya ambil dari presentasi Dr. Fahruddin Faiz, S.Ag.,M.Ag. dalam acara NGUPING SATUGURU di kanal Youtube PANDI Indonesia. Sebuah kutipan yang sarat makna, sebagaimana filosofi beliau yang lainnya berkaitan dengan pendidikan.
Salah satu filosofi KHD yang tak kalah terkenalnya adalah analogi pendidik sebagai seorang petani yang merawat tanaman padinya secara optimal namun tak bisa mengubahnya menjadi tanaman jagung atau lainnya. Pendidik atau guru hanya dapat menuntun anak didiknya menjadi pribadi yang baik dan bermanfaat bagi orang lain, namun tidak bisa mengubah kodrat yang dimilikinya menjadi orang lain.
Salah satu peran guru adalah sebagai pemimpin pembelajaran yang mandiri, reflektif, kreatif, inovatif, dan kolaboratif. Jika guru memiliki kompetensi tersebut, sudah sepatutnya ia disebut guru yang smart, cerdas dalam mengolah daya pikirnya, menghasilkan sesuatu yang baru, unik, dan bermanfaat bagi orang lain terutama muridnya.
Guru yang cerdas selalu mencari ide-ide menarik dan unik yang dapat diterapkan dalam pembelajaran di kelasnya. Ia akan selalu haus pembaharuan bagi anak didiknya yang disesuaikan dengan kodrat alam dan kodrat zaman mereka. Contohnya, dalam era digitalisasi sekarang ini, guru dituntut untuk mempunyai kompetensi digital yang mumpuni, atau paling tidak, mengetahui teknologi digital yang dapat digunakan dalam pembelajaran.
Di samping itu, guru yang smart akan selalu memperhatikan aset berharga yang berada di sekitarnya dan berusaha untuk memberdayakannya. Seperti halnya, aset yang dimiliki sekolah yaitu aset manusia, aset fisik, aset sosial, aset lingkungan, aset modal, aset politik, dan aset agama/ budaya. Ketujuh aset utama tersebut akan sangat berharga dan berfungsi dengan baik apabila sebagai guru, kita mampu memberdayakan dan mengembangkannya sebagai media pembelajaran yang berpihak pada murid.
Sebagai Calon Guru Penggerak (CGP), saya dan rekan-rekan guru yang lainnya telah mempelajari bagaimana menyusun program yang berpihak pada murid dengan menggunakan aset yang tersedia di sekitar sekolah. Program-program unggulan CGP dari grup kami sangat bagus dan beragam. Tentu saja, program kami harus diujicobakan terlebih dahulu. Ketika program berhasil kami jalankan, maka rasa senang, puas, terharu, dan bangga menghiasi perasaan kami.
Saya sendiri, telah memilih dan mencoba menyusun program yang saya namakan "Englishpreneur". Sebagai guru Bahasa Inggris di SMPN 2 Subang, saya telah menjalankan tugas sebagai pembimbing ekstrakurikuler English Club selama hampir 5 tahun. Berbagai upaya saya lakukan untuk meningkatkan minat siswa terhadap mata pelajaran yang satu ini. English Club hadir sebagai wadah kreativitas murid dalam belajar Bahasa Inggris yang lebih menarik dan menyenangkan.
Englishpreneur adalah salah satu bagian dari program ekstrakurikuler English Club. Program ini bertujuan untuk meningkatkan kompetensi dan kreativitas murid dalam belajar Bahasa Inggris dengan mengenalkan dunia wirausaha yang sangat praktis dan tentunya menyenangkan. Melalui Englishpreneur, murid dapat menyalurkan bakat dan kreativitasnya dalam membuat desain yang berisi materi pelajaran yang telah dipelajarinya di kelas.
Hasil akhir dari program ini berupa produk kaos dan cover buku tulis dengan desain materi pelajaran Bahasa Inggris yang dirancang oleh murid-murid anggota English Club. Desain dibuat memakai aplikasi Canva yang sudah sangat familiar bagi mereka. Murid sangat antusias mengikuti program ini. Hasil produk akan dipasarkan dengan memberdayakan aset koperasi siswa dan aset lingkungan berupa lapangan olah raga yang berlokasi di dekat sekolah. Tak lupa, momen Pekan Kreativitas Siswa (PKS) juga dimanfaatkan sebagai ajang pameran hasil karya siswa. Satu lagi, aset media sosial pun kami gunakan untuk memperluas networking pemasaran produk kami.
Dari tulisan saya di atas, saya berharap, akan banyak lahir guru penggerak di seluruh Indonesia, yang mampu dan mau untuk memberdayakan aset di lingkungan sekolahnnya. Dengan demikian, Indonesia akan mempunyai guru-guru yang cerdas dan berdaya, yang mampu melahirkan anak didik yang cerdas, kreatif, dan berdaya pula, sesuai dengan Profil Pelajar Pancasila yang diidamkan oleh bangsa ini. Sehingga, tujuan dari merdeka belajar itu sendiri akan tercapai yaitu belajar yang mengutamakan kebutuhan murid, belajar yang berpihak dan berdampak pada murid.