Bismillaahirrahmaanirrahiim...
Rabu siang tadi benar-benar hari yang sangat paciweuh, pabeulit, dan pabaliut. Tiga kata dalam Bahasa Sunda tersebut mewakili suasana hati saya, karena di hari ini saya dihadapkan pada dua kegiatan penting yang dilaksanakan pada waktu yang sama, pukul 13.00 teng. Kegiatan pertama, webinar Kelas Kreatif, bertema "Kreatif dengan Literasi". Kedua, Pelatihan Belajar Menulis Gelombang 18 pertemuan ke-8. Karena saya tak mau kehilangan keduanya, akhirnya saya mencoba mendua, menyimak zoom meeting Kelas Kreatif sambil sesekali membaca grup Whatsapp kelas belajar menulis.
Pada 1 jam pertama, saya berhasil menyimak isi diskusi webinar Kelas Kreatif. Tokoh yang ditampilkan sangat luar biasa menginspirasi kami. Beliau adalah Ibu Dr. Rita Koesma M.I.Kom, atau yang lebih akrab dipanggil Ambu Rita. Seorang pahlawan literasi dari Bandung yang telah mengabdikan hidupnya untuk mengajak anak-anak dari kaum pinggiran, penghuni lapas anak, dan penyandang tuna rungu, untuk mau membaca dan mempelajari Bahasa Inggris. Di usia senjanya, beliau masih aktif melakukan kegiatan tersebut dengan mendirikan Rita Home Library (RHL).
Sementara, di grup kelas belajar menulis pertemuan ke-8, tokoh narasumbernya pun tak kalah hebatnya. Beliau seorang pejuang literasi juga. Tepatnya, penggiat literasi, bernama Pak Thamrin Dahlan, SKM, M.Si. Kami sering memanggilnya dengan sebutan Pak Haji. Sebagai moderator kali ini adalah Ibu Ditta. Guru wanita muda yang cantik dengan segudang prestasi dalam dunia literasi.
Ketenangan saya menyimak kedua kegiatan tersebut mendadak sirna, ketika ada panggilan di WA yang berasal dari orang tua murid saya. Beliau meminta saya untuk menemuinya di sekolah jam 2 siang. Aduh...kumaha iyeu teh? Katanya siang ini butuh bantuan saya menemaninya menyerahkan berkas pendaftaran ke SMA untuk anaknya. Saya sangat bingung, harus pilih yang mana? Akhirnya, saya putuskan untuk menemuinya. Saya minta izin leave dari zoom meeting. Bagaimana dengan kegiatan belajar menulis? Terpaksa saya tinggalkan, dengan konsekuensi saya harus menulis resumenya di malam hari. Selepas salat tarawih, saya langsung membuka laptop dan mulai menggerakkan jari jemari.
Pertemuan ke-8 dibuka oleh Bu Ditta pada jam 13.01, dengan mengucapkan salam pembuka kepada para peserta. Setelah itu, Bu Ditta mengenalkan narasumber yang akan memberikan materi. Dalam curiculum vitae yang disampikan Bu Ditta, disebutkan bahwa Pak Thamrin Dahlan yang lahir di Tempino, Jambi, 7 Juli 1952 adalah alumni Pasca Sarjana UI. Beliau juga seorang purnawirawan Polri. Tugas terakhirnya adalah Direktur Pasca Rehabilitasi BNN dengan pangkat Kombes Pol. Saat ini, beliau berprofesi sebagai seorang dosen, penulis, dan penerbit Yayasan Pusaka Thamrin Dahlan (YPTD).
Beliau telah aktif menulis sejak tahun 2010 dan telah menerbitkan 37 judul buku. Sekarang ini, beliau fokus membantu para penulis menerbitkan buku ber-ISBN tanpa biaya. YPTD telah menerbitkan 210 judul buku. Beliau tinggal di Kel. Dukuh, Kramatjati, Jakarta Timur. Pos-el beliau: website http://terbitkanbukugratis.id, email thamrindahlan@gmail.com, dan WA 08159932527. Motto beliau: Penasehat Penakawan Penasaran. Di samping itu, beliau juga aktif di Kompasiana.
Berikut adalah link profil Pak Haji Thamrin Dahlan:
Beberapa menit kemudian, Pak Haji menyapa peserta. Kemudian, moderator mengajak peserta untuk membaca materi yang dikemas dalam format pdf, selama 10 menit.
Dalam materinya, Pak Haji menyatakan bahwa sesungguhnya muara dari menulis itu adalah buku, karena buku sifatnya abadi dan menjadi alibi tak terbantahkan atas kehadiran seorang anak manusia di muka bumi ini. Menurut Pak Haji, setiap orang sebenarnya sudah memiliki buku, tanpa disadari. Sebagai contohnya, di saat SD, buku dituliskan oleh guru dalam bentuk raport. Di SMP, SMA, SMK, para pelajar diwajibkan menyususn karya tulis berupa kerja kelompok, lalu dijilid dan jadilah buku. Saat kuliah, kualitas buku mempunyai harkat terhormat karena bukunya dinamai skripsi, tesis, dan disertasi.
Berikutnya, Pak Haji menyebutkan bahwa tulisan itu ibarat air yang mengalir. Tetes airnya bergabung menjadi satu, mengalir jauh mencari tempat terendah, dan akhirnya bermuara di lautan. Buku adalah kumpulan tulisan yang terserak. Buku adalah sebuah karya gemilang, olah pikir yang harus diselamatkan menjadi kitab. Semua orang bisa menulis dari proses bicara. Menulis adalah cara memindahkan apa yang diucapkan ke dalam peralatan tulis-menulis.
Lebih lanjut, Pak Haji Thamrin mengkategorikan artikel/ tulisan sebagai berikut:
- Artikel Deskriptif, yaitu artikel yang sifatnya hanya menggambarkan (to describe), tidak memecahkan masalah. Contohnya: reportase, liputan, dan laporan.
- Artikel Eksplanatif, yaitu artikel yang menjelaskan, menerangkan, dan mengupas permasalahan secara mendalam/ ilmiah, objektif, dan bertanggung jawab. Contohnya: Karya Ilmiah (skripsi, tesis, disertasi, jurnal) dan opini (ipoleksosbudhamkam).
- Fiksi, yaitu kebebasan menuangkan inspirasi dunia maya sebagai bagian tak terpisahkan dari seni. Sebagai contohnya: puisi, cerpen, cerbung, novel, dan pantun.
- Upayakan tidak meninggalkan tulisan
- Hiraukan kesalahan ketik
- Ketika blank, tinggalkan paragraf, masuk ke paragraf yang baru
- Baca berulang-ulang pada proses editing
- Bersegera posting tulisan di media sosial
- Upayakan maksimal 9 kata dalam 1 kalimat
- Bahasa bicara atau bertutur kata
- Mudah dimengerti dan dipahami
- Runtut dan tidak menjelimet
- Setiap tulisan memiliki roh, ketika tulisan tersebut diposting di media sosial dan dibaca lalu dikomentari. Di situlah tulisan akan terasa hidup, tidak hanya dinikmati oleh sendiri saja.
- Pesan Buya Hamka: Biarlah tulisanmu itu membela dirinya sendiri. Biarlah bukumu itu mengikuti takdirnya.
- Surprise tak terduga. Akan ada kejutan dari bukumu.
Sebagai closing statement, Pak Haji mengucapkan terima kasih kepada Om Jay dan Bu Ditta atas terselenggaranya pelatihan belajar menulis ini. Beliau berharap semoga kegiatan ini akan memberi manfaat kepada semuanya dan dapat meningkatkan kualitas dan kuantitas Literasi Indonesia.
Terima kasih Pak Haji Thamrin Dahlan atas materinya yang sangat memotivasi. Banyak ilmu yang kami dapatkan tentang dunia literasi dan jurnalistik. Semoga kami dapat membuat buku dan menerbitkannya melalui YPTD, aamiin...
Ayo dapatkan mahkota seorang penulis dengan menerbitkan buku.
BalasHapusSiap Om Jay💪
BalasHapusTiga kegiatan dalam waktu bersamaa bisa dikendalikan. Luar biasa semangat pengabdian Bu Tuti Suryati. Saya tertarik kiprah IBu Dr. Rita Koesma M.I.Kom, penggiat literasi. Salam hormat untuk beliau. Semoga suatu saat bisa ber gabung di media Komunikasi, Informasi dan Edukasi Literasi YPTD.
BalasHapusSalam Literasi
YPTD
Alhamdulillah.. Terima kasih Pak Haji. Insyaa Alloh, dengan niat yang baik, Alloh akan mempertemukan Pak Haji dengan beliau, aamiin...
BalasHapusMantul resumenya. Semangat selalu bu..
BalasHapusAlhamdulillah, terima kasih Bu..
BalasHapusWah meski sibuk sempat mengikat ilmu dan membuat resumenya. Mantap Bu 👍🏻
BalasHapusAlhamdulillah, terima kasih Neng Ditta...
BalasHapus