Bismillaahirrahmaanirrahiim...
Hari Jumat, 23 April 2021, adalah waktunya saya kembali mengikuti Pelatihan Belajar Menulis Gelombang 18 di WA grup menulis. Tak terasa, kami sudah memasuki pertemuan yang ke-9. Kali ini, tim menunjuk narasumber wanita muda penuh talenta, siapa lagi kalau bukan Neng Ditta Widya Utami. Saya sangat bangga karena Neng Ditta berasal dari daerah yang sama dengan saya, yaitu Subang, Jawa Barat. Semoga saya dapat terpapar virus pinternya dalam menulis, aamiin...
Berhubung kegiatan ini dilaksanakan di hari Jumat, di mana biasanya suami yang kerja di Indramayu pulang sore harinya, saya menyimak kegiatan sambil menyiapkan masakan untuk menyambut suami pulang. Masakan yang saya pilih adalah soto ayam Lamongan ala chef Tuti, hehe...Pilihan ini bukan tanpa alasan. Pedagang ayam kampung langganan saya, Mang Udin sudah berkali-kali menelepon saya menawarkan dagangannya. Saya putuskan membeli seekor yang cukup besar, cukup untuk buka puasa dan sahur buat kami berlima.
Karena kegiatan ini berlangsung via WA grup, saya bisa menyimaknya sambil menyiapkan bahan-bahan masakan. Yang menjadi moderator acara adalah Bu Aam yang luar biasa. Moderator handal dan terpercaya di grup kelas menulis. Pada pertemuan ke-9 ini, materi yang disajikan bertema "Mental dan Naluri Penulis". Sebuah pilihan materi yang pas dan menarik bagi kami, para penulis pemula.
Acara dibuka oleh moderator tepat pukul 13.04. Bu Aam memberi salam pembuka kepada peserta. Beberapa menit kemudian, Bu Aam mengenalkan profil narasumber dalam sebuah link blog milik narasumber yaitu https://dittawidyautami.blogspot.com/p/profil.html.
Terlahir di Subang dengan nama Ditta Widya Utami, pada tanggal 23 Mei 1990. Saat ini, Ibu Ditta Widya Utami, S.Pd, Gr bertugas sebagai guru IPA di SMPN 1 Cipeundeuy Subang. Saya sering memanggilnya Neng Ditta. Neng Ditta sudah berkeluarga dan mempunyai seorang anak laki-laki.
Di dalam blognya, tertulis begitu banyak prestasi yang telah Neng Ditta torehkan, terutama yang berhubungan dengan menulis dan literasi. Tercatat ada 17 buku yang sudah dihasilkan, 6 buku tunggal dan 11 buku karya bersama. Salah satu buku karya bersama yang tembus ke penerbit mayor adalah "Menyongsong Era Baru Pendidikan", bersama Prof. Eko Indrajit. Tak heran jika kemudian, Bu Ditta mendapatkan beberapa penghargaan dari Bupati Subang sebagai penggiat literasi tingkat kabupaten dan provinsi. Wow, masih muda dengan segudang prestasi, sukses selalu Neng Ditta...
Beberapa menit kemudian, Neng Ditta menyampaikan materinya tentang mental dan naluri penulis. Materi pertama tentang mental penulis. Menurut Bu Ditta, teknik menulis dan mental penulis adalah 2 hal yang tidak bisa dipisahkan. Ibarat jiwa dan raga, teknik menulis dan mental penulis harus ada, supaya tulisan yang dihasilkan bisa "hidup". Teknik menulis yang dimaksud Bu Ditta mencakup kemampuan seseorang dalam menulis, mulai dari pemilihan kosa kata, kemampuan membuat outline, memahami gagasan utama, jenis-jenis tulisan, dan pengetahuan tentang teknik menulis lainnya. Berbeda dengan teknik menulis, mental penulis akan berkorelasi dengan kondisi psikologis atau batin sang penulis.
Terkait mental yang harus dimiliki seorang penulis, Bu Ditta menjelaskannya dalam bentuk mind map sebagai berikut:
Selanjutnya, Bu Ditta memaparkan 4 tipe penulis berdasarkan analisa beliau, dilihat dari keseimbangan teknik dan mental penulis, yaitu:
- Dying writer
2. Dead Man
3. Sick People
4. Alive
Pembahasan berikutnya mengenai naluri penulis. Bu Ditta mengutip pengertian naluri dari KBBI sebagai berikut:
Sebagai materi terakhir, Bu Ditta memberikan tips untuk mengenali mental kita sebagai seorang penulis:
Pertanyaan pertama datang dari Bu Syafrina, yang menanyakan bagaimana caranya untuk menjadi "Alive" dan tidak melanggar hukum. Sebagai jawabannya, Bu Ditta menyarankan untuk mengemas tulisan dengan konotasi, majas, pantun atau puisi. Gunakan nama samaran, bukan nama aslinya.
Pertanyaan berikutnya yang sempat saya catat adalah dari Bu Weni. Isi pertanyaannya mengenai cara mengenal kelemahan dan kekuatan sendiri dalam menulis, serta cara mengelola rasa takut. Untuk pertanyaan ini, Bu Ditta mengemukakan bahwa tidak ada yang bisa mengenal diri kita sebaik kita sendiri. Namun, jika ingin mengetahui siapa diri kita, maka bertanyalah pada sahabat kita. Mintalah sahabat atau orang yang ahli untuk mengomentari tulisan kita.
Setelah selesai menjawab 7 pertanyaan, sesi tanya jawab pun berakhir. Penanya berikutnya bisa menghubungi Bu Ditta lewat japri. Setelah itu, Bu Ditta memberikan closing statement sebagai berikut:
Oya, sebagai informasi, saya menulis resume ini 2 hari setelah kegiatan berlangsung. Waktu yang cukup telat untuk mengirimnya ke panitia. Tapi tak mengapalah. Better late than never, hehe...
Mantap.bu...tetap semangat....😊👍💪
BalasHapusAlhamdulillah Bu Weni, terima kasih...
HapusWaaah dari awal sudah gagal fokus dengan Soto Lamongan ala Chef Tuti 😁🤭🤭🤭 hehehe
BalasHapusRapi sekali resumenya Bu. Cantik secantik yang membuat resume.
Terima kasih sudah berkenan membuat resumenya 😊🙏🏻
Suatu kehormatan bisa diresume oleh senior 🥰🙏🏻🙏🏻🙏🏻
Ah, Si Cantik ini suka merendah, good profile 👍
BalasHapusSy mah senior dlm usia, junior dlm karya, hehe..
Keren bu, jadi kabita soto Lamongan, eh sama itu rok plisket biru coraknya gimana? Hee...jadi kepo🤭
BalasHapusHayu main ke rumah, hehe...
BalasHapus