Minggu, 25 April 2021

Mengenal Mental dan Naluri Penulis










Bismillaahirrahmaanirrahiim...

Hari Jumat, 23 April 2021, adalah waktunya saya kembali mengikuti Pelatihan Belajar Menulis Gelombang 18 di WA grup menulis. Tak terasa, kami sudah memasuki pertemuan yang ke-9. Kali ini, tim menunjuk narasumber wanita muda penuh talenta, siapa lagi kalau bukan Neng Ditta Widya Utami. Saya sangat bangga karena Neng Ditta berasal dari daerah yang sama dengan saya, yaitu Subang, Jawa Barat. Semoga saya dapat terpapar virus pinternya dalam menulis, aamiin...

Berhubung kegiatan ini dilaksanakan di hari Jumat, di mana biasanya suami yang kerja di Indramayu pulang sore harinya, saya menyimak kegiatan sambil menyiapkan masakan untuk menyambut suami pulang. Masakan yang saya pilih adalah soto ayam Lamongan ala chef Tuti, hehe...Pilihan ini bukan tanpa alasan. Pedagang ayam kampung langganan saya, Mang Udin sudah berkali-kali menelepon saya menawarkan dagangannya. Saya putuskan membeli seekor yang cukup besar, cukup untuk buka puasa dan sahur buat kami berlima. 

Karena kegiatan ini berlangsung via WA grup, saya bisa menyimaknya sambil menyiapkan bahan-bahan masakan. Yang menjadi moderator acara adalah Bu Aam yang luar biasa. Moderator handal dan terpercaya di grup kelas menulis. Pada pertemuan ke-9 ini, materi yang disajikan bertema "Mental dan Naluri Penulis". Sebuah pilihan materi yang pas dan menarik bagi kami, para penulis pemula. 

Acara dibuka oleh moderator tepat pukul 13.04. Bu Aam memberi salam pembuka kepada peserta. Beberapa menit kemudian, Bu Aam mengenalkan profil narasumber dalam sebuah link blog milik narasumber yaitu https://dittawidyautami.blogspot.com/p/profil.html. 

Terlahir di Subang dengan nama Ditta Widya Utami, pada tanggal 23 Mei 1990. Saat ini, Ibu Ditta Widya Utami, S.Pd, Gr bertugas sebagai guru IPA di SMPN 1 Cipeundeuy Subang. Saya sering memanggilnya Neng Ditta. Neng Ditta sudah berkeluarga dan mempunyai seorang anak laki-laki. 

Di dalam blognya, tertulis begitu banyak prestasi yang telah Neng Ditta torehkan, terutama yang berhubungan dengan menulis dan literasi. Tercatat ada 17 buku yang sudah dihasilkan, 6 buku tunggal dan 11 buku karya bersama. Salah satu buku karya bersama yang tembus ke penerbit mayor adalah "Menyongsong Era Baru Pendidikan", bersama Prof. Eko Indrajit. Tak heran jika kemudian, Bu Ditta mendapatkan beberapa penghargaan dari Bupati Subang sebagai penggiat literasi tingkat kabupaten dan provinsi. Wow, masih muda dengan segudang prestasi, sukses selalu Neng Ditta...

Beberapa menit kemudian, Neng Ditta menyampaikan materinya tentang mental dan naluri penulis. Materi pertama tentang mental penulis. Menurut Bu Ditta, teknik menulis dan mental penulis adalah 2 hal yang tidak bisa dipisahkan. Ibarat jiwa dan raga, teknik menulis dan mental penulis harus ada, supaya tulisan yang dihasilkan bisa "hidup". Teknik menulis yang dimaksud Bu Ditta mencakup kemampuan seseorang dalam menulis, mulai dari pemilihan kosa kata, kemampuan membuat outline, memahami gagasan utama, jenis-jenis tulisan, dan pengetahuan tentang teknik menulis lainnya. Berbeda dengan teknik menulis, mental penulis akan berkorelasi dengan kondisi psikologis atau batin  sang penulis.  










Terkait mental yang harus dimiliki seorang penulis, Bu Ditta menjelaskannya dalam bentuk mind map sebagai berikut:










Selanjutnya, Bu Ditta memaparkan 4 tipe penulis berdasarkan analisa beliau, dilihat dari keseimbangan teknik dan mental penulis, yaitu:

  1. Dying writer
          

       2. Dead Man

     

       3. Sick People

     

       4. Alive

      


Apakah kita sebagai penulis pemula bisa mencapai level "Alive"? Tentu saja jawabannya bisa. Bu Ditta menegaskan bahwa setiap penulis bisa "Alive" jika penulis terus menulis dan memupuk mentalnya. Tak perlu ada rasa takut dalam diri seorang penulis. Teknik menulis akan membaik apabila kita sering berlatih menulis dan memberanikan diri mempublikasikan tulisannya untuk dibaca oleh orang lain.

Pembahasan berikutnya mengenai naluri penulis. Bu Ditta mengutip pengertian naluri dari KBBI sebagai berikut:






Menurut Bu Ditta, penulis sejati berangkat dari keresahannya, lalu dituangkannya ke dalam tulisan. Dengan tulisan itu ia dapat mengubah dunia. Seseorang dengan naluri penulis akan mengoptimalkan seluruh inderanya sehingga bisa menghasilkan karya sebuah tulisan. Ketika melihat bencana banjir atau mendengarkan sebuah lagu, akan mendatangkan inspirasi bagi penulis yang mempunyai naluri menulis yang kuat.

Sebagai materi terakhir, Bu Ditta memberikan tips untuk mengenali mental kita sebagai seorang penulis:



                                                                                                                                                                         









Tibalah saatnya di sesi tanya jawab. Sebelum peserta mengajukan pertanyaan, Bu Aam bertanya terlebih dahulu tentang buku yang paling berkesan di hati narasumber. Lalu, Bu Ditta menjawab bahwa buku solo pertamanya adalah yang paling berkesan, judulnya "Lelaki di Ladang Tebu". Sebuah kumpulan cerpen pendidikan.

Pertanyaan pertama datang dari Bu Syafrina, yang menanyakan bagaimana caranya untuk menjadi "Alive" dan tidak melanggar hukum. Sebagai jawabannya, Bu Ditta menyarankan untuk mengemas tulisan dengan konotasi, majas, pantun atau puisi. Gunakan nama samaran, bukan nama aslinya.

Pertanyaan berikutnya yang sempat saya catat adalah dari Bu Weni. Isi pertanyaannya mengenai cara mengenal kelemahan dan kekuatan sendiri dalam menulis, serta cara mengelola rasa takut. Untuk pertanyaan ini, Bu Ditta mengemukakan bahwa tidak ada yang bisa mengenal diri kita sebaik kita sendiri. Namun, jika ingin mengetahui siapa diri kita, maka bertanyalah pada sahabat kita. Mintalah sahabat atau orang yang ahli untuk mengomentari tulisan kita.

Setelah selesai menjawab 7 pertanyaan, sesi tanya jawab pun berakhir. Penanya berikutnya bisa menghubungi Bu Ditta lewat japri. Setelah itu, Bu Ditta memberikan closing statement sebagai berikut:


 







Demikianlah isi kegiatan belajar menulis hari ini. Bu Ditta telah berhasil "membangunkan" para peserta untuk terus belajar menulis dan tak takut akan kritikan yang menjatuhkan. Dengan mengenal mental dan naluri penulis, akan membuat penulis lebih percaya diri karena mampu memahami kekuatan dan kelemahannya dalam menulis. Semoga akan banyak karya yang dihasilkan penulis dalam kelas menulis ini, aamiin...

Oya, sebagai informasi, saya menulis resume ini 2 hari setelah kegiatan berlangsung. Waktu yang cukup telat untuk mengirimnya ke panitia. Tapi tak mengapalah. Better late than never, hehe...


Salam blogger persahabatan

Tanggal kegiatan: 23 April 2021
Resume ke: 9
Tema: Mental dan Naluri Penulis
Narasumber: Ditta Widya Utami, S.Pd, Gr.
Gelombang: 18

6 komentar:

  1. Mantap.bu...tetap semangat....😊👍💪

    BalasHapus
  2. Waaah dari awal sudah gagal fokus dengan Soto Lamongan ala Chef Tuti 😁🤭🤭🤭 hehehe

    Rapi sekali resumenya Bu. Cantik secantik yang membuat resume.

    Terima kasih sudah berkenan membuat resumenya 😊🙏🏻
    Suatu kehormatan bisa diresume oleh senior 🥰🙏🏻🙏🏻🙏🏻

    BalasHapus
  3. Ah, Si Cantik ini suka merendah, good profile 👍
    Sy mah senior dlm usia, junior dlm karya, hehe..

    BalasHapus
  4. Keren bu, jadi kabita soto Lamongan, eh sama itu rok plisket biru coraknya gimana? Hee...jadi kepo🤭

    BalasHapus

Guru "Smart", Guru Pemberdaya

  "Pendidikan akan menghasilkan tiga guna yang luar biasa yang dinamakan Tri Rahayu : Hamemayu Hayuning Sarirom, Hamemayu Hayuning Bong...