Kumpulan Kisah Kami di Masa Pandemi (13)
Bab. 13
Pandemi Berujung Frustasi..
Dampak pandemi Covid-19 yang terjadi di negeri ini sangat berpengaruh terhadap perkembangan sektor ekonomi. Banyak pekerja yang kehilangan pekerjaannya akibat PHK. Selain itu, berkurangnya sumber penghasilan para pedagang, terutama pedagang kaki lima dan pedagang pasar. Merosotnya kondisi ekonomi keluarga dapat berimbas pada kerenggangan hubungan suami istri. Biasanya, yang paling banyak mengeluh adalah sang istri. Dengan kondisi yang demikian, ia merasa kebingungan harus bagaimana. Sedangkan kebutuhan sehari-hari harus selalu tersedia. Parahnya, kondisi ini berakibat kurang baik terhadap perkembangan anak-anaknya. Dalam hal ini, perkembangan belajar sang anak. Kisah inilah yang akan saya ceritakan dalam tulisan ini.
Selain mengajar kelas IX, saya juga memberikan pembelajaran pada siswa kelas VIII. Tak jauh berbeda dengan kelas IX, banyak siswa kelas VIII yang sering menghilang dari PJJ. Salah satunya adalah Reza, sebut saja begitu. Reza duduk di kelas VIII J. Dari awal hingga akhir pembelajaran di semester ganjil, Reza hanya sekali mengikuti pelajaran saya. Tugas-tugas pun tak pernah ia kirimkan. Anehnya, pada saat Penilaian Tengah Semester (PTS) dan Penilaian Akhir Semester (PAS), namanya selalu ada dalam data siswa yang mengerjakan soal melalui aplikasi Google Form. Sebaliknya, dalam setiap ulangan harian, saya belum melihat satupun nilainya.
Masalah inilah yang kemudian saya konfirmasikan kepada wali kelasnya, Bu Eni Kartini. Dan ternyata, bukan hanya terjadi di mata pelajaran saya saja. Hampir semua mapel juga sama. Namanya mendadak langka, baik dalam daftar hadir, maupun daftar nilai. Hanya beberapa mapel saja yang sudah terpenuhi.
Selanjutnya, dengan bantuan guru BK kelas VIII yaitu Bu Euis, Bu Eni mengadakan home visit ke rumahnya di dusun Cimereta. Lokasinya masih dekat dengan sekolah. Berdua mereka mendatangi rumahnya. Namun, sesampainya di rumah yang dituju, Reza tak bisa mereka temukan. Di dalam rumah itu, hanya ada neneknya seorang diri. Dari neneknya didapat informasi bahwa Reza telah pergi ke Sumatera, entah di kampung mana. Neneknya hanya menyebutkan nama Sumatera saja. Reza telah pergi bersama ibunya yang berasal dari pulau itu. Dengan kata lain, Reza dan ibunya sedang pulang kampung. Pupuslah sudah harapan untuk berkomunikasi dengan Reza.
Kemudian, nenek Reza bercerita bahwa ibunya telah membawa Reza tanpa sepengetahuannya. Dia mengira ibu Reza telah membawa anaknya ke rumah yang ia diami dengan suaminya di kampung Cinangsi. Setelah dihubungi, ternyata Reza ada di Sumatera bersama ibunya. Lebih lanjut neneknya berkisah bahwa ibu Reza membawa pergi anaknya ke Sumatera karena merasa frustasi dengan kondisi ekonomi keluarganya. Suaminya yang hanya seorang buruh serabutan, sudah lama tidak bekerja lagi. Tentu saja hal ini berpengaruh pada emosinya. Dari mana lagi mereka bisa mendapatkan penghasilan? Bagaimana lagi mereka menghadapi kehidupan? Sedangkan roda kehidupan tak bisa dihentikan. Hanya kematian yang bisa menghentikannya.
Tak mau putus harapan, Bu Eni dan Bu Euis lalu menghubungi Reza di Sumatera. Alhamdulillah terhubung. Dari jauh Reza menyanggupi untuk mengerjakan tugas-tugasnya. Serta melengkapi nilai ulangan hariannya yang masih kosong. Dia berjanji akan pulang kembali ke kota ini dalam waktu dekat. Mungkin menunggu emosi ibunya normal dulu. Sebagi anak, ia hanya bisa menuruti keinginan ibunya. Sebetulnya, Reza adalah seorang anak penurut. Ketika ia kelas VII, hampir tak ada catatan buruk di dalam agenda wali kelasnya. Karena pengaruh pandemi, ia berubah drastis.
Ketika mendengar cerita ini, saya jadi teringat kisah tentang ketegaran Nabi Ayyub dalam menghadapi ujian yang bertubi-tubi Allah berikan padanya. Mulai dari diambilnya harta benda, kemudian anak-anaknya, lalu istrinya pun meninggalkannya disaat beliau sedang sakit parah. Saya sebagai wanita, bisa jadi akan melakukan hal yang sama dengan istri Nabi Ayyub. Wanita adalah sasaran empuk setan penggoda. Kebanyakan, wanitalah yang lebih mudah tergoda dan terjerumus dalam dosa. Hanya yang beriman kuatlah yang bisa bertahan dalam kebenaran. Kisah berakhir dengan kembalinya semua yang Nabi Ayyub miliki sebelumnya. Ketegaran dan kekuatan imannya telah menyebabkan semua itu terjadi. Allah telah memenuhi doa-doanya. Nabi Ayyub telah lulus dari ujian berat kehidupan. Bagaimana dengan kita?
Pandemi adalah ujian. Sama halnya dengan ujian yang Nabi Ayyub alami. Bahkan lebih berat dari ujian pandemi ini. Tinggal bagaimana kita menyikapinya. Akankah menyerah begitu saja. Atau terus berusaha dan berikhtiar untuk menghadapi masalah yang ditimbulkannya. Semoga Allah selalu menguatkan iman kita. Sehingga, sekuat apapun setan menggoda dan mengganggu, iman kita tak akan goyah sedikitpun. Terus semangat Reza. Jangan kalah oleh setan. Masa depan cerah menantimu...
Subang, 13 Februari 2021
Salam guru blogger Indonesia..
Tuti Suryati, S.Pd
SMPN 2 Subang
Tidak semua orang sanggup menghadapi dampak pandemi Covid-19 yang menyentuh seluruh aspek kehidupan.
BalasHapusYang terbaik mungkin adalah memberikan kesempatan untuk segera bangkit dengan dukungan semua pihak.
Betul 👍
BalasHapusDi masa pandemi ini semua jiwa-jiwa meronta, seperti halnya kita sebagai insan yang selalu mengeluh. Hanya kekutan iman yang meneguhkan kita. Semoga Alloh segera memulihkan dari kondisi pandemi covid-19 ini menjadi semakin membaik, Amin yra 🤲🤲
BalasHapusAamiin..
Hapus