Selasa, 16 Februari 2021

Rahasia Kematian

Kumpulan Kisah Kami di Masa Pandemi (16)

Bab. 16

Rahasia Kematian..


    Suatu pagi, saya coba membuka Instagram yang telah lama saya abaikan. Di antara akun ig yang saya follow, ada akun milik Aa Gym, salah satu ulama kondang di negeri ini. Ada sebuah video tausiyahnya yang sangat menyentuh dan menggetarkan hati saya, berjudul Rahasia Kematian. Aa Gym menyebutkan bahwa Allah telah merahasiakan kematian dalam 3 hal. Pertama, waktu. Kedua, tempat. Ketiga, cara.

    Tentang waktu, kita pasti mati pada waktu yang telah ditetapkan. 120 hari di rahim ibu, Allah sudah memberikan ketetapan kapan kita mati. Tidak ada yang bisa membuat kita mati kecuali satu, yaitu waktunya sudah habis. Dan Allah memerintahkan malaikat maut mencabut nyawa kita pada waktu yang sudah ditetapkan. Tidak bisa diakhirkan atau dimajukan.

    Hal yang kedua, yaitu tempat. Kita pasti mati di tempat yang sudah ditetapkan Allah. Kita akan mendatangi tempat kematian kita. 

    Yang ketiga, cara. Hanya Allah saja yang Maha Tahu bagaimana kematian kita tiba dengan cara apa. Semua itu adalah urusan Allah. Urusan kita adalah berusaha sekuat tenaga agar kapanpun, di manapun, dengan cara apapun, ujungnya cuma satu, Husnul Khotimah...

    Subhanallah, video tadi mengingatkan saya tentang banyak kasus kematian yang saya dengar atau lihat, baik di media televisi ataupun media sosial. Hampir tiap hari ada saja kabar kematian di grup WA yang saya punya. Beberapa di antaranya dari teman, saudara, atau murid saya sendiri. Allah telah menentukan waktu, tempat, dan cara mereka mati.

    Saya selalu mengatakan kepada siswa agar selalu berusaha untuk mengisi waktu dengan amal kebaikan. Karena kita tidak tahu, kapan akan dipanggil oleh-Nya. Tak berarti yang muda masih lama waktu kematiannya. Dan yang tua sudah mendekati akhir hidupnya. Bayi pun banyak yang mati di saat masih dalam rahim ibunya. Bahkan ada yang sengaja dimatikan oleh ibunya saat masih belum terbentuk rupanya. 

    Salah satu kematian yang sangat mengagetkan dan menyedihkan adalah meninggalnya siswa kami di masa pandemi Covid-19 ini. Sebut saja Indra, siswa kelas IX. Kabar meninggalnya Indra sangat mengagetkan teman-temannya yang sedang fokus dalam PJJ. Berita kematiannya kami terima di pagi hari. Terjadi kesimpangsiuran tentang kematiannya. Maklumlah, di saat pandemi sekarang ini, hampir setiap kematian selalu dihubungkan dengan Covid-19. Begitu juga dengan kematian Indra. Banyak siswa yang kemudian menanyakan kebenaran beritanya. WA pribadi saya tak luput dari pertanyaan siswa. "Bu, sebenarnya Indra meninggal karena apa?" Atau, "Bu, Indra meninggal bukan karena Covid, kan?" Dan masih banyak lagi pertanyaan yang bernada sama. 

    Untuk menghindari kegelisahan mereka, saya beritahukan saja bahwa Indra meninggal karena DBD atau Demam Berdarah. Dan memang, kebenarannya seperti itu. Sumber terdekat dari keluarganya menyebutkan bahwa Indra sakit DBD. Tak ada yang tahu sebelumnya kalau Indra sedang sakit. Bahkan, beberapa hari sebelumnya, ia masih bisa berkomunikasi dengan teman-temannya. 

    Malangnya, Indra telah lama menjadi anak yatim. Ayahnya telah mendahului keluarganya menghadap Sang Khalik. Sedangkan ibunya, beberapa bulan sebelum kematiannya, menderita penyakit Typus. Dapat dibayangkan, betapa ibunya mengalami kesedihan yang sangat dalam, ketika mendengar anaknya sudah tiada. Ujian berat ia rasakan bertubi-tubi. Mulai dari kematian suaminya, anaknya, dan penyakit yang dideritanya. Untunglah, masih ada anak tertua yang mengurus kematian adiknya, serta merawat ibunya yang sedang sakit.

    Hari itu, sekolah kami berduka. Kami telah kehilangan salah satu siswa terbaik kami. Indra adalah seorang anak yang baik. Tak pernah terlibat dalam kasus kenakalan remaja. Ia seorang anggota pramuka yang aktif, riang, suka bercanda, dan pandai bergaul. Tak heran jika banyak temannya yang segan padanya dan merasa sangat kehilangan setelah kepergiannya. Selamat jalan, Indra. Semoga Kau damai di sana dan selalu mendapat kasih sayang-Nya.

    Kematian Indra telah membuktikan, bahwa jika waktunya telah tiba, tak ada yang dapat menolaknya. Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu. Apa yang kita punya di dunia tak akan kita miliki selamanya. Termasuk hidup kita sendiri. Allah lah yang telah menghidupkan kita dan suatu saat akan mematikan kita. Semua yang kita miliki, harta, anak, orang tua, saudara, pasangan hidup, jabatan, dan prestasi yang setinggi langit, tak akan ada artinya. Kecuali jika kita memperlakukannya sebagai ladang amal kebaikan. Buat apa kita pamerkan semuanya di dunia, jika akhirnya akan menggelincirkan kita ke jurang neraka. Naudzubillaahi min dzalik...

    Sebelum saya akhiri kisah ini, saya ingin berpesan sekali lagi kepada anak-anak saya, siswa-siswi Spanda, dan seluruh remaja di manapun berada. Marilah kita berlomba untuk berbuat kebajikan. Dimulai dengan berbuat baik kepada orang tua, lalu saudara, guru, dan teman. Gunakan masa mudamu untuk memberikan manfaat bagi orang lain. Perbanyaklah ibadah. Karena sesungguhnya, Allah lebih mencintai anak muda yang rajin ibadah daripada mereka yang sudah tua. Tua banyak ibadah itu wajar. Tapi muda yang ahli ibadah, itu baru luar biasa. Mari kita siapkan diri untuk menjemput kematian yang Husnul Khotimah, aamiin...

#selfreminder

Salam blogger persahabatan..

Tuti Suryati, S.Pd

Guru Bahasa Inggris di SMPN 2 Subang




    

9 komentar:

  1. Setiap Guru seyogyanya selalu menyampaikan pesan religius dalam setiap kesempatan, baik PJJ maupun PTM.
    Hal ini biasanya jauh lebih tertanam dalam ingatan Siswa seperti quote dalam sebuah narasi.

    BalasHapus
  2. Insifiratif dan mencerahkan....
    Penokohan ditempatkan dengan tepat......good job

    BalasHapus
  3. Mantap Bu Tuti. Setuju skali apapun mapel yg kita ajarkan. Kita hrs pny kewajiban sebagai muslim utk menasehati dalam kebenaran dan kesabaran. Kereen laah. Love u fuuuull

    BalasHapus
  4. Bravo bu Tuti, sebagai guru professional selain mengajar juga sebagai pendidik. Semangat terus dalam berkarya๐Ÿ˜Ž๐Ÿ‘

    BalasHapus
  5. Setuju sekali Bu Tuti, cukuplah kematian sebagai nasihat kita untuk lebih mempersiapkan kehidupan yang sesungguhnya karena setiap yang bernyawa pasti akan mati sesuai ajalnya atas ijin dan ketetapan Allah SWT. Semoga kita bukan termasuk golongan orang-orang yang merugi.

    BalasHapus

Guru "Smart", Guru Pemberdaya

  "Pendidikan akan menghasilkan tiga guna yang luar biasa yang dinamakan Tri Rahayu : Hamemayu Hayuning Sarirom, Hamemayu Hayuning Bong...