KUMPULAN KISAH KAMI DI MASA PANDEMI (PART 1)
Tulisan ini adalah kumpulan kisah siswa-siswi kami selama pelaksanaan PJJ di masa pandemi Covid-19. Kisah penuh intrik dan menarik untuk dibaca. Semoga kisah ini akan menjadi sebuah kenangan yang tak terlupakan untuk kami khususnya, keluarga besar SMP Negeri 2 Subang. Dan menjadi gambaran umum tentang pembelajaran di masa Corona, yang mungkin terjadi di sekolah anda juga. Berikut kisahnya:
Hari ini adalah awal tahun ajaran baru. Tak seperti biasanya, pertemuan awal kami terasa agak kaku dan mengkhawatirkan. Kaku, karena siswa memakai seragam bukan hanya baju atasan berwarna putih dan rok atau celana berwarna biru, sepatu hitam, beserta topi sekolah. Kali ini, mereka datang dilengkapi dengan masker yang menutupi mulut dan hidungnya. Hampir kami para guru tak mengenali wajah mereka satu per satu. Kekakuan semakin bertambah karena kami harus menjaga jarak satu sama lain. Tak ada lagi salam-salaman dan berpeluk ria. Siswa tak boleh lagi mencium tangan gurunya. Begitu juga guru dengan rekan-rekannya. Hanya salam tangan menempel di dada yang masih diperbolehkan. Belum lagi, ritual mencuci tangan dengan sabun di air mengalir atau wastafel yang tersedia. Sesaat ada rasa sedih yang menyergap hati melihat pemandangan ini. Dalam sekejap, kebiasaan lama berubah menjadi kebiasaan baru dengan tata cara yang disebut protokol kesehatan. Semua itu dilakukan semenjak adanya virus Covid-19. Virus ganas yang berasal dari Wuhan, Cina dan secepat kilat menyebar ke seluruh penjuru dunia. Dan kondisi ini telah mengkhawatirkan kami semua. Khawatir akan tertular penyakit yang mematikan itu.
Setelah memanggil nama-nama siswa yang masuk ke dalam kelas asuhan saya, kelas IX C, mereka pun masuk ke kelas dan duduk agak berjauhan dengan yang lainnya. Pihak sekolah sudah menetapkan aturan tentang pembagian kelas beberapa hari sebelumnya. Dari jumlah 36 siswa dibagi dua gelombang. Gelombang pertama mulai jam 8.00 hingga 10.00 pagi. Sedangkan gelombang kedua dari jam 10.00 sampai 12.00 siang. Tiap gelombang terdiri dari setengah jumlah siswa keseluruhan yaitu 18 orang. Kami melakukannya untuk menjaga jarak, sesuai dengan aturan protokol kesehatan yang ditetapkan oleh pemerintah. Saya hampir tak mengenali mereka, setelah lama tidak berjumpa. Dan sekarang, wajah mereka tertutup masker. Semakin asing saja buat saya. Hanya beberapa siswa saja yang masih bisa saya kenali. Mungkin karena saya pernah mengajar atau menjadi wali kelas mereka ketika duduk di kelas VIII. Sisanya membuat saya jadi pusing mengingat-ingat kembali. Wajah-wajah baru yang sebenarnya sudah lama sekolah di SMP ini.
Suasana kelas serasa di kuburan. Senyap, tak seramai biasanya. Semua siswa diam membisu. Hanya suara saya saja yang lantang terdengar walaupun tertutup masker. Suara tiap siswa terdengar hanya jika dipanggil oleh saya, atau menjawab pertanyaan sederhana yang saya lontarkan. Betapa kakunya pertemuan itu. Dan suasana seperti itu berulang di gelombang kedua. Sama persis senyap dan kakunya. Untuk menghilangkan kekakuan, saya ajak mereka bercerita tentang keluarga, tempat tinggalnya, dan keseharian mereka. Hal terakhir yang disampaikan adalah rencana pelaksanaan Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) yang merupakan hal baru bagi kami semua. Dengan harapan pembelajaran baru ini dapat diterima dan menjadi pengalaman yang berharga dan bermakna buat kami guru dan siswa.
Setelah siswa bertatap muka di kelas dengan wali kelasnya, mereka disarankan untuk mengambil buku paket di perpustakaan. Begitu banyak buku yang mereka pinjam. Jangan tanya beratnya. Karena dari tas gendong yang mereka panggul, saya sudah mengetahui bebannya.
Kami mengakhiri pertemuan awal dengan foto bersama. Masih tetap bermasker tapi tak bisa menjaga jarak, karena tuntutan agar semua siswa terbawa dalam fotonya. Setidaknya kami masih punya semangat untuk belajar dalam keterbatasan karena pandemi ini. Semangat yang terpancar dari foto kami saat mengepalkan tangan tanda tak ingin menyerah. Pembelajaran harus tetap dilaksanakan, walau tak bisa bertatap muka di kelas seperti yang dulu dilakukan. Kelas dengan sejuta kenangan. Kelas yang untuk 8 bulan ke depan akan menjadi tempat yang sangat dirindukan.
Tunggu kami di kisah selanjutnya..
Penulis: Tuti Suryati, S.Pd
Instansi: SMP Negeri 2 Subang, Jawa Barat
MasyaAllah bu tuty memaparkan kisah nyata kita...mudah- mudaha masa pandemi cepat berlalu..good job, good luck bu Tuty...
BalasHapusAamiin.. Terima kasih bu π
HapusHuhu, betul ya Bu karena pandemi ini, perkenalan kita dengan murid jadi terbatas. Bahkan ada yang sama sekali belum pernah bertemu.
BalasHapusOh iya ini buat lomba ya, di bagian akhir jangan lupa tuliskan nama ibu sebagai penulis (ada di bagian syarat dan ketentuan) πππ»
Iya bu, siap, mksh ya π
HapusSemangat menulis bu ...
BalasHapusSiap, terima kasih Bu Arum π
HapusSemoga cepat berlalu,aamiin.
BalasHapusSukses Bu Tuti.
Aamiin..mksh π
HapusSama dengan sekolah kami utk kegiatan siswanya, untuk kegiatan guru, TU, Cleaning service serta Satpamnya cukup padat di tengah meroketnya sekolah vokasi walau di tengah pandemi.
HapusLuar biasa bu tuti...semangat terus
BalasHapusAlhamdulillah, mksh byk π
HapusSejak pertengahan Maret 2020, siswa sekolah mengikuti pembelajaran jarak jauh (PJJ). Selama beberapa bulan itu pasti siswa mengalami rasa bosan.
BalasHapusSebab, metode pembelajaran yang diberikan guru atau sekolah hanya itu-itu saja. Padahal, ada banyak metode yang bisa diberikan agar siswa tetap semangat menimba ilmu.
Meski dalam masa pandemi Covid-19, siswa harus tetap semangat. Tetapi, hal ini menjadi tantangan tesendiri bagi dunia pendidikan.
Salah satunya adalah menerapkan pembelajaran jarak jauh yang sarat akan kreativitas dan inovasi. Nah, ibu guru Tuti sudahkah menerapkan model-model pembelajaran inovatif?, ini 6 model pembelajaran inovatif:
1. Discovery-Inquiry
Rangkaian kegiatan belajar yang menekankan pada proses berpikir kritis dan analitis untuk mencari dan menemukan jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan.
2. Flipped classroom
Pembelajaran yang membalik metode tradisional di mana materi biasanya diberikan pada proses pembelajaran tetapi materi diberikan sebelum proses pembelajaran.
3. Project Based Learning
pandemi Covid-19, Anak-anak memanfaatkan televisi yang ada untuk mengikuti pelajaran sekolah yang disiarkan oleh TVRI. Selain itu, mereka juga mengerjakan tugas sekolah yang diberikan oleh guru melalui aplikasi pesan singkat.
Pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada pendidik untuk mengelola pembelajaran di kelas dengan melibatkan kerja proyek.
4. Blended learning dengan blog
Pembelajaran yang menggunakan blog untuk mencapai tujuan pendidikan.
5. Berbasis gim
Pembelajaran yang menggunakan permainan atau gim digital untuk tujuan pembelajaran.
6. Self organized learning environments (sole)
Pembelajaran yang menitikberatkan proses pembelajaran mandiri dengan memanfaatkan internet dan perangkat pintar yang dimilikinya.
Tetap semangat ibu guru Tuti dalam mengajar dan sebagai guru penggerak kemerdekaan belajar dan kemerdekaan mengajar.
Siap..terima kasih masukannya. Semoga saya dapat menjalankannya dengan baik, aamiin..
HapusMantap Bu!
BalasHapusTerima kasih ibu π
HapusMantappp buuuu!!!
BalasHapusMakasih sayaang.. Nanti ada kisah dirimu juga lho π
HapusKeren Bu Tuty...kisah nyata kalau kita tulis sangat luar biasa...mantqp say!
BalasHapusIya bu Eni say, ini msh bersambung lho, mau sy sertakan dirimu? π€π
HapusSemangat bu Tuti... tetap kreatif di masa pandemi
BalasHapusAlhamdulillah, mksh sister..inspired by you ππ
HapusGreat sharing. Love it ❤
BalasHapusAlhamdulillah, thanks ceuceu..π
HapusMantap π
BalasHapusSemoga pandemi ini cepat berakhir.
Aamiin..mksh Bu Titi ππ
HapusDi masa pandemi ini membutuhkan banyak kreatifitas di segala bidang. Ya salah satunya seperti menulis blog seperti ini say. Semangat terus ya. Semoga masa pandemi segera berlalu...
BalasHapusAamiin..thanks my dearest friend πππ
Hapus