Jumat, 26 Februari 2021

Temani Aku Sekolah, Ayah..

Kumpulan Kisah Kami di Masa Pandemi (Part 26)

    Siang itu, saya menerima banyak wapri dari rekan-rekan guru yang isinya hampir sama. Mereka mengabarkan bahwa salah satu siswa saya yang bernama Irfan belum pernah mengumpulkan tugas sekalipun. Setelah saya cek sendiri di daftar tugas mapel saya, Irfan juga tidak ada nilainya. Saat itu menjelang pembagian raport semester ganjil. Sebelumnya, sudah beberapa kali saya hubungi dia tapi belum juga ada responnya. Nomor orang tuanya belum saya simpan di hape. Kemungkinannya jika bukan lupa pasti terhapus. Saya seperti kehilangan jejaknya. Kepanikan saya muncul. Bagaimana caranya menyelamatkan dia?

    Berkat bantuan orang tua siswa (sebut saja Mamah Nayla) yang kebetulan bertetangga dengan keluarga Irfan, akhirnya saya mendapatkan nomor telepon ayah dan ibunya. Dari cerita Mamah Nayla, saya memperoleh informasi bahwa ibu Irfan adalah seorang pegawai kelurahan yang selalu sibuk di tempat kerjanya. Sedangkan ayahnya bekerja sebagai prajurit TNI. Sebagai tetangga, tentunya Mamah Nayla sangat mengenal orang tua Irfan. Apalagi, Irfan adalah teman anaknya, Nayla, semenjak duduk di bangku Sekolah Dasar. Kabar ketidakaktifan Irfan dalam PJJ sudah disampaikan oleh Mamah Nayla kepada ibunya. Namun katanya, ibu Irfan hanya mengiyakan, tak bisa mengambil langkah tegas kepada anaknya. Mungkin karena kesibukannya di kelurahan.

    Sehari kemudian, saya menghubungi nomor hape ibunya. Alhamdulillah terhubung. Setelah berbincang melalui panggilan WA, kesepakatan pun kami dapatkan. Ibu Irfan akan bersedia datang ke sekolah memenuhi undangan saya dua hari berikutnya. Saya sudah tak sabar menunggu pertemuan dengannya. Permintaan maaf dan ucapan terima kasih darinya mengakhiri obrolan kami.

    Saat yang saya nantikan pun tiba. Di hari Sabtu yang cukup cerah, saya bertemu dengan ibu Irfan yang datang sendiri tanpa anaknya. Sebelumnya, saya meminta padanya agar Irfan ikut serta. Namun katanya, Irfan tak mau mengikuti ajakannya karena malu dan takut pada saya. Tak lupa saya memberitahukan kabar kedatangannya kepada guru BK kelas IX, Bu Lyta.

    Kami berdua lalu membawanya ke ruang BK. Ibu Irfan memilki postur tubuh yang tinggi dan langsing. Hari itu ia mengenakan gamis ungu muda bercorak bunga-bunga kecil yang agak sedikit kusut, serta kerudung geblus (bergo) warna senada. Penampilannya dilengkapi dengan sandal selop flat coklat terbuat dari kulit sintetis. Mirip seperti sandal made in Garut yang pernah saya beli. Sambil berjalan menuju ruang BK, ia mengatakan bahwa dirinya belum lama melahirkan adik Irfan. Umur bayinya masih 3 bulan. Karena melahirkan secara sesar, kondisinya masih belum terlalu stabil. Saya memakluminya karena saya juga pernah mengalaminya. Ketiga anak saya lahir dengan cara yang sama.

    Di ruang BK, kami berbincang panjang lebar tentang perkembangan belajar Irfan. Terutama nasib nilai raport yang akan Irfan dapatkan dengan tak adanya tugas yang ia kumpulkan. Dari cerita ibu Irfan, diketahui bahwa Irfan sebetulnya anak yang pandai. Tapi entah mengapa, setelah adanya PJJ ia berubah menjadi pemalas. Ibu Irfan juga bercerita bahwa suaminya tak pernah mau mengurusi hal-hal yang berhubungan dengan sekolah anaknya. Tugasnya hanyalah memberi nafkah dan membiayai sekolah Irfan. 

    Di sisi lain, tugas ibu Irfan sendiri sangatlah berat. Mengurus seorang bayi yang masih sangat membutuhkan perhatiannya bukanlah perkara yang mudah. Rasa lelah pasti mewarnai hidupnya sehari-hari. Belum lagi urusan kerjanya di kelurahan. Sekarang, beban itu bertambah dengan mengurus perkembangan sekolah anaknya juga. Wah, tak betul itu.. Di akhir pembicaraan, saya dan Bu Lyta memintanya datang kembali di lain waktu tapi harus dengan suaminya.

    Besoknya, orang tua Irfan menemui kami lagi. Percakapan semakin seru dengan adanya ayah Irfan di antara kami. Awalnya, ayah Irfan mengelak ketika disebut oleh istrinya tak mau memperhatikan anaknya. Mungkin gengsi atau malu jika istrinya mengungkap kebenarannya di depan orang lain. Setelah kami jelaskan kondisi Irfan yang sebenarnya, baru ayahnya mau mengerti. Ia pun mengakui kesalahannya. Ia mengira Irfan tak akan seperti ini. Semua urusan Irfan ia percayakan kepada istrinya. Akhirnya, ayah Irfan berjanji akan menasehati anaknya supaya mau mengerjakan tugas-tugasnya. Nilai raport Irfan dapat terselamatkan.

    Dari cerita di atas, dapat kita ambil pelajaran berharga tentang pentingnya peran seorang ayah terhadap perkembangan anak-anaknya. Dalam hal ini perkembangan pendidikannya. Bukan hal yang aneh jika seorang ayah enggan mengurusi kepentingan sekolah anaknya. Sebagian besar ayah tak mau mengantarkan anaknya ke sekolah, apalagi mengambil raportnya. Semua diserahkan kepada ibunya. Ibunya dianggap paling sesuai untuk tugas ini. Ayah hanya bertugas memenuhi kebutuhan sekolahnya. 

    Idealnya, harus ada kerja sama antara ibu dan ayah dalam mengasuh dan mendidik anak. Kehadiran seorang ayah sangat penting dalam keluarga. Jika saja sang ayah mengetahui hal ini, tentu tak akan mau melewatkan kesempatan untuk selalu bersama keluarga serta mengasuh dan mendidik anaknya. Seharusnya, ayah berperan sebagai seorang teman, pelindung, tempat curhat, penyemangat, dan pemberi ketenangan bagi anaknya. Ia adalah seorang raw model yang akan ditiru oleh putra-putrinya. Bukankah tugas ayah juga untuk menyelamatkan keluarganya dari siksa api neraka? Semua tergantung pada kalian semua, wahai para ayah..

Subang, 26 Februari 2021
Salam damai bagi para ayah..

Tuti Suryati, S.Pd
SMPN 2 Subang



 

    

     

    

8 komentar:

  1. Kolaborasi antara ayah, ibu dan Guru dalam proses pembelajaran menentukan keberhasilan pendidikan siswa.

    BalasHapus
  2. Setuju. Ayah dan ibu hrus berbagi tugas dalam pendidikan keluarga

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kolaborasi yang harmonis antara ibu dan ayah serta guru harus tercipta demi masa depan anak yang sukses mulia, amin yra 🤲

      Hapus
  3. Kolaborasi yang harmonis perlu tercipta di keluarga, demi masa depan anak-anak yang sukses dan berkah, amin yra...

    BalasHapus
  4. Wah, kisah-kisah masa pandemi Ibu selalu menginspirasi 👍🏻 Mengayomi murid dengan sangat baik. Menjadi teladan bahkan teman. Bu Tuti memang sosok luar biasa 👍🏻

    BalasHapus

Guru "Smart", Guru Pemberdaya

  "Pendidikan akan menghasilkan tiga guna yang luar biasa yang dinamakan Tri Rahayu : Hamemayu Hayuning Sarirom, Hamemayu Hayuning Bong...